Liputan6.com, Paris - Sebagian besar Eropa, khususnya di wilayah barat, mulai menghadapi gelombang panas yang diprediksi berlangsung selama sepekan ke depan.
Mengingat dampak buruknya, pihak berwenang di berbagai negara di Benua Biru itu telah mendesak anak-anak dan lansia untuk tetap tinggal di dalam rumah, dan memperingatkan tentang bahaya dehidrasi dan sengatan panas dalam jangka waktu panjang.
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (25/6/2019), para ahli meteorologi mengatakan suhu akan mencapai atau bahkan melebihi 40 derajat Celsius dari Spanyol ke Swiss, saat udara panas disedot dari Sahara oleh kombinasi badai yang melanda Atlantik dan tekanan tinggi di Eropa tengah.
Advertisement
Baca Juga
Kelembaban tinggi akibat gelombang panas berarti cuaca akan terasa seperti suhu 47 derajat Celsius, para ahli memperingatkan.
"El infierno (neraka) akan datang," twit ahli meteorologi Silvia Laplana di Spanyol, di mana layanan cuaca AEMET memperkirakan suhu 42 derajat Celsius pada Kamis di lembah Ebro, Tagus, Guadiana dan Guadalquivir berisiko memicu kebakaran hutan.
Sementara di Prancis, ancaman gelombang panas menjadi fokus utama kementerian kesehatan setetmpat.
"Saya khawatir tentang orang-orang yang meremehkan kondisi ini, yang terus berolahraga seperti biasa atau tetap berada di bawah sinar matahari," ujar menteri kesehatan Prancis, Agnès Buzyn.
"Ini memengaruhi kita semua, tidak ada yang (seperti) Superman dalam berurusan dengan panas ekstrem, yang akan kita alami pada hari Kamis dan Jumat," katanya dalam konferensi pers.
Hantaman gelombang panas menyebabkan ujian sekolah ditunda hingga pekan depan, berbagai lembaga amal sibuk membagikan air minum kepada para tunawisma, dan penjualan kipas dilaporkan meningkat empat kali lipat.
Sebelumnya, gelombang panas paling mematikan di Prancis terjadi pada Agustus 2003 silam, ketika hampir 15.000 orang meninggal --kebanyakan lansia-- karena rumah sakit kewalahan menangani pasien membludak.
Tercatat Sebagai yang Tertinggi di Italia dan Prancis
Di Italia, "gelombang panas paling intens dalam satu dekade" sedang berlangsung, dengan rumah sakit bersiap menghadapi gelombang penyakit terkait panas, dan kementerian kesehatan menyarankan dokter tentara mungkin diperlukan untuk menghadapi kekurangan tenaga medis.
Suhu tertinggi yang berkisar 37-40 derajat Celsius diperkirakan terjadi di wilayah Italia utara dan tengah, termasuk Roma, Florence, Bologna, Milan, dan Turin.
Sementara di Jerman, menurut Sabine Kruger dari dinas meteorologi federal (DWD), rekor suhu musim panas tertinggi setempat diketahui mencapai 38,2 derajat Celsius, yang terjadi di Frankfurt pada 1947 silam.
DWD memperkirakan bahwa suhu tinggi pada pertengahan pekan ini akan lebih besar catatan rekor sebelumnya, di mana sinar Matahari diperkirakan bersinar terik hingga total 100 jam lamanya.
DWD pada hari Senin memperingatkan warga untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra, mengingat panas yang ekstrem dan radiasi UV yang tinggi selama beberapa hari mendatang.
"Hindari berada di luar untuk waktu yang lama antara pukul 11.00 dan 15.00," katanya, menambahkan bahwa mengenakan tabir surya, kacamata hitam dan topi sangat disarankan bahkan di tempat teduh.
Kelompok perlindungan satwa setempat juga memperingatkan pemilik hewan peliharaan untuk menghindari meninggalkan anjing atau kucing di dalam mobil tanpa pengawasan.
Gelombang panas datang setelah badai dan rekor curah hujan menyebabkan masalah besar di beberapa bagian Bavaria akhir pekan ini, dengan pemadam kebakaran Munich dipanggil sebanyak 50 kali, serta penerbangan masuk dan keluar dari bandara setempat ditangguhkan pada Sabtu malam.
Advertisement
Berdampak Hingga Skandinavia
Di Swiss, MeteoSwiss --lembaga meteorologi lokal-- mengeluarkan peringatan suhu panas tingkat empat, yang berarti "bahaya parah" untuk beberapa bagian negara.
Lembaga itu juga memperingatkan suhu mencapai 37 derajat Celsius --atau bahkan 39C-- sangat mungkin terjadi di beberapa tempat, antara hari Selasa hingga Kamis. Sejumlah rekor tertinggi sepanjang masa kemungkinan besar akan dicatat.
Bahkan Skandinavia di dekat lingkar kutub utara disebut truut berdampak, dengan suhu di bagian-bagian Denmark selatan dan Swedia diprediksi mencapai 30 derajat Celsius pada hari Selasa, namun karena kelembapannya, maka akan terasa seperti 35 derajat Celsius, lapor stasiun televisi TV2.
Prakiraan cuaca dengan rentang yang lebih panjang menunjukkan suhu musim panas sepanjang Juli dan Agustus diperkirakan lebih tinggi tahun ini, menyaingi suhu 2018, yang menurut Badan Lingkungan Eropa adalah salah satu dari tiga tahun terhangat yang pernah tercatat di benua itu.
Para ilmuwan mengatakan gelombang panas tahun lalu, yang menyebabkan peningkatan angka kematian, penurunan dramatis dalam hasil panen, penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir dan kebakaran hutan di dalam Lingkaran Arktik, terkait dengan keadaan darurat iklim.
Ahli meteorologi memperingatkan bahwa gelombang panas semacam itu cenderung menjadi lebih sering walaupun negara-negara berhasil dalam komitmen mereka untuk membatasi kenaikan suhu global menjadi 1,5 derajat Celsiys, sebagai bagian dari kesepakatan iklim Paris 2015.