Misteri Belasan Bangkai Monyet Penuh Luka Saat Gelombang Panas, Berebut Air ?

Banyak monyet diduga berebut air dengan sengit akibat gelombang panas di India yang mengkhawatirkan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 09 Jun 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2019, 18:00 WIB
Seekor monyet berusaha mencari air di negara bagian Uttar Pradesh, India (AP Photo)
Seekor monyet berusaha mencari air di negara bagian Uttar Pradesh, India (AP Photo)

Liputan6.com, New Delhi - Sebanyak 15 monyet di India dilaporkan mati dengan banyak luka di tubuhnya. Otoritas hutan setempat menduga hal itu disebabkan oleh perebutan sumber air.

Sebagai informasi, saat ini, sebagian wilayah India tengah dilanda gelombang panas yang menyebabkan sumber air di alam liar menipis.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (9/6/2019),berita itu berawal dari laporan seorang anak laki-laki dari sebuah desa di negara bagian Madhya Pradesh. Ia mengaku awal pekan ini menemukan sejumlah bangkai monyet di hutan dekat Kota Punjapura.

Sebuah tim dari Kementerian Kehutanan India, yang dikirim untuk menyelidiki lokasi kejadian pada hari Kamis, mengatakan mereka menemukan 15 bangkai di dalam dan di luar gua di hutan terkait.

Seluruh monyet nahas itu disebut terpanggang oleh gelombang panas hingga menyentuh suhu 45 derajat Celsius, dalam beberapa hari terakhir.

PN Mishra, seorang petugas hutan setempat, mengatakan: "Kami sedang menyelidiki semua kemungkinan, termasuk kemungkinan konflik antara kelompok monyet untuk mendapat air di hutan."

Ditambahkan oleh Mishra bahwa tercatat setidaknya 30-35 kelompok monyet yang tinggal di kawasan tersebut.

"Monyet-monyet ini memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain, sehingga sangat mungkin terjadi rebutan sumber air," jelas Mishra yang telah bertugas di beberapa wilayah konservasi di India tengah.

 

 

Hanya Tersisa Titik Kecil Sumber Air

Salurkan Bantuan Air Bersih Melalui Mata Air Indosiar
Banyak desa di Indonesia yang masih membutuhkan air bersih, mari bersama membangun bak penampung dan pipanisasi melalui Mata Air Indosiar. (Ilustrasi:pixabay)

Kepada stasiun televisi NDTV, Mishra mengatakan bahwa mengeringnya aliran sungai yang melintasi hutan-hutan di India tengah, menyebabkan hanya tersisa beberapa titik air berukuran kecil.

"Kelompok-kelompok kera yang jumlahnya besar dan mendominasi bagian tertent mungkin telah menakuti kelompok kera yang lebih kecil, untuk menjauh dari sumber air yang tersisa," kata Mishra.

Masih menurut Mishra, monyet-monyet yang lebih kecil itu mungkin telah terkurung di dalam gua-gua karena takut akan diserang jika mereka pergi ke luar.

"Para monyet nahas ini kemudian mati karena kurangnya akses terhadap air," jelas Mishra.

Kemungkinan Karena Serangan Gelombang Panas

matahari
Ilustrasi matahari (iStockPhoto)

NDTV melaporkan bahwa dokter hewan pemerintah setempat, Dr Arun Mishra, yang melakukan otopsi pada seluruh bangkai monyet, mendiagnosis gelombang panas sebagai kemungkinan penyebab kematian primata tersebut.

"Ini jarang dan aneh karena herbivora tidak terlibat dalam konflik seperti itu," kata Mishra, seraya kembali merujuk pada dugaan dominasi kelompok kera yang lebih kuat.

Sementara itu, gelombang panas dilaporkan berdampak pada wilayah tengah dan pantai barat India.

Bahkan, di negara bagian Madhya Pradesh, dilaporkan terjadi beberapa bentrokan antara warga setempat terkait akses air bersih yang semakin langka.

Polisi setempat telah diperintahkan untuk mengawal seluruh distribus tangki air, dan juga bantu menjaga sumber air yang tersisa, lapor situs berita Times of India.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya