Liputan6.com, Gaza - Menurut sebuah klaim laporan terbaru, penyemprotan herbisida oleh pesawat Israel di samping zona penyangga di sepanjang Jalur Gaza, telah memengaruhi mata pencaharian warga Palestina setempat.
Tindakan itu juga disebut melanggar standar internasional, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Sabtu (20/7/2019).
Studi tersebut melacak paparan herbisida ke sisi Gaza, dan menyimpulkan bahwa itu membunuh tanaman pertanian, serta menyebabkan "kerusakan yang tak terduga dan tak terkendali".
Advertisement
Baca Juga
Laporan itu juga menyimpulkan bahwa semprotan tersebut menjangkau lebih dari 300 meter ke arah pemukiman Palestina di Gaza.
Penyemprotan herbisida dilakukan oleh Forensic Architecture, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Goldsmiths, University of London, yang bertujuan menyelidiki efek potensial dari penyemprotan selama 16 bulan.
Hasil laporan itu mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, pesawat-pesawat Israel telah menyemprotkan herbisida lebih dari 30 kali di sisi Israel dari zona penyangga Gaza Palestina yang dikendalikan oleh Hamas.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan bahwa penyemprotan diperlukan untuk alasan keamanan.
"Ini hanya ilakukan di atas wilayah Israel dan diawasi oleh para profesional bersertifikat," tegas kementerian terkait.
"Tindakan ini untuk keperluan operasional, di antaranya menghilangkan potensi elemen teror, yang dapat mengancam warga Israel, khususnya masyarakat yang tinggal berdekatan dengan perbatasan Gaza," lanjutnya.
Â
Â
Mengklaim Pertanian Terganggu Sejak Lama
Namun, petani yang tinggal dan bekerja di daerah-daerah yang terkena paparan herbisida, telah lama mengklaim hasil panen dan mata pencaharian mereka terganggu.
Menggunakan video yang diambil oleh Gisha, sebuah LSM gerakan kebebasan yang berbasis di Tel Aviv, Forensic Architecture merekonstruksi penyimpangan herbisida dari pesawat dengan bantuan seorang ahli dinamika fluida.
Investigasi terkait juga menganalisis sampel daun, mewawancarai petani dan menggunakan citra satelit untuk memetakan efek penyemprotan.
Laporan video tersebut akan resmi ditayangkan dalam sebuah perkumpulan sipil di Ramallah pada Minggu 21 Juli besok.
Gisha juga menambahkan bahwa konsentrasi berbahaya dari semprotan herbisida telah melampaui standar Uni Eropa, dan sejak lama memicu kerusakan di beberapa area pertanian warga Palestina.
"Lihatlah, ada persentase kehilangan lahan hijau terus membesar di sepanjang perbatasan (Gaza), dan itu tidak pulih. Ada sebidang tanah yang mengalami pemboman, dilindas buldozer, dan penyemprotan herbisida dua kali setahun, kini menjadi zona mati yang gersang," kata peneliti, yang meminta anonimitas untuk melindungi akses mereka.
Advertisement
Tiga Kali Perang Sejak 2007
Perang telah terjadi sebanyak tiga kali sejak 20017, ketika Hamas menguasari daerah pesisir strategis, di mana kemudian mendorong Israel dan Mesir memberlakukan blokade darat dan laut.
Laporan sebelumnya oleh situs web Israel +972 dan surat kabar Haaretz, bersama dengan permintaan informasi kebebasan dari Gisha, telah menggali temuan serupa tentang kerusakan pada tanah di sisi Gaza.
Laporan Forensic Architecture juga mengkonfirmasi bahwa penyemprotan herbisida telah menyebabkan "kerusakan tak terduga dan tak terkendali" di sisi Gaza.
Gisha, bersama dengan Adalah, sebuah kelompok hak-hak Palestina yang bermarkas di Haifa, dan Al Mezan, sebuah kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di Gaza, telah mengajukan petisi kepada militer Israel untuk kompensasi bagi para petani di Gaza yang mengatakan tanaman pertanian mereka rusak akibat penyemprotan herbisida.
Pihak berwenang Israel telah menolak petisi.
Namun, mereka memberikan kompensasi kepada kota pertanian Israel, Nahal Oz, dekat zona penyangga pada 2015, setelah petani menuntut karena mereka kehilangan panen setelah penyemprotan.