Cucu Nelson Mandela Kecam Tindakan Apartheid Israel terhadap Palestina

Seorang cucu dari pahlawan anti-rasisme Nelson Mandela mengecam keras tindakan apartheid yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

oleh Siti Khotimah diperbarui 08 Jul 2019, 11:37 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 11:37 WIB
Cucu Nelson Mandela (Miss World/Facebook)
Cucu Nelson Mandela (Miss World/Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Cucu pahlawan anti-rasisme Nelson Mandela mengecam keras tindakan apartheid yang dilakukan Israel. Pernyataan itu diberikan dalam ekspresi solidaritas Afrika Selatan dan bangsa Palestina.

Ia adalah Zwelivelile Mandela, seorang anggota parlemen dari Kongres Nasional Afrika (ANC) yang tengah berkuasa. Kecamannya terhadap Israel disampaikan pada Sabtu, 6 Juli 2019 di Palestine Expo, sebuah acara tahunan di London yang bertujuan memamerkan sejarah, warisan dan budaya Palestina.

Berbicara di muka umum, Mandela mengatakan bahwa Hukum Negara-Bangsa yang disahkan pada tahun 2018, di mana menyatakan Israel sebagai tanah air bersejarah bagi orang Yahudi; "menegaskan apa yang selama ini kita ketahui sebagai karakter dan realitas sejati Israel: Israel adalah negara apartheid".

Mengutip Al Jazeera, Senin (8/7/2019), ia juga menguraikan apa saja tindakan apartheid yang dialami warga kulit hitam Afrika Selatan di masa lalu. Di antaranya adalah pengambilalihan tanah dan penyerangan terhadap martabat yang terjadi setiap hari.

"Semua karakteristik ini ada di Israel yang apartheid sejak awal, tetapi sekarang telah dikodifikasi dan diberi status konstitusional oleh Hukum Negara-Bangsa," lanjutnya.

"Apartheid Israel melanggengkan diskriminasi ... melalui definisi hukum sebagai negara Yahudi; dengan melakukan hal itu menjadikan non-Yahudi sebagai warga negara kelas dua, sebagai orang asing di negeri kelahiran mereka," katanya.

Simak video pilihan berikut:

Kritik terhadap Deal of the Century

Warga Palestina di Kota Gaza pada 24 Juni 2019, mengibarkan bendera nasional dan memegang spanduk yang mengecam konferensi Perdamaian untuk Kemakmuran yang dipimpin AS di Bahrain. (MOHAMMED ABED / AFP)
Warga Palestina di Kota Gaza pada 24 Juni 2019, mengibarkan bendera nasional dan memegang spanduk yang mengecam konferensi Perdamaian untuk Kemakmuran yang dipimpin AS di Bahrain. (MOHAMMED ABED / AFP)

Seorang jurnalis Israel Gideon Levy juga berbicara dalam kesempatan yang sama. Ia mengkritik upaya Amerika Serikat untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel melalui investasi; seperti apa yang tertuang dalam Deal of the Century.

Levy mengatakan kepada hadirin di London bahwa tidak hanya kesepakatan itu tidak dapat ditanggapi dengan serius, tetapi juga berpotensi mengakhiri "semua hak dan aspirasi Palestina". Ia menekankan, intervensi global sekarang ini diperlukan untuk memberi tekanan pada Israel.

"Kita membutuhkan dunia karena Israel tidak akan berubah dengan sendirinya," kata Levy.

Levy juga melancarkan kritik pedas tentang bagaimana politisi Barat dan media menyerah pada kampanye Israel yang menyebut setiap kritik terhadap negara itu sebagai anti-Semitisme.

"Di sini kita sekarang menghadapi tahap baru di mana mengkritik Israel menjadi tidak hanya mustahil tetapi juga hampir bersifat kriminal. Saya belum pernah melihat fenomena seperti itu di mana perjuangan untuk keadilan dikriminalisasi - ini tidak pernah terjadi," lanjut Levy.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya