Liputan6.com, Tunis - Ribuan warga Tunisia pada Sabtu, 27 Juli 2019, menghadiri pemakaman Presiden Beji Caid Essebsi ketika negara Afrika Utara ini bersiap untuk menggelar pemilu pada September.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan para pemimpin asing lainnya juga melakukan perjalanan ke Tunisia untuk memberikan penghormatan terakhir mereka.
Ribuan pelayat mengular sepanjang 20 kilometer (12 mil) di jalan dari istana kepresidenan di Carthage, tempat jasad Essebsi disemayamkan. Iring-iringan pembawa jenazah kemudian menuju ke pemakaman Djellaz di Tunis selatan, tempat Essebsi dikebumikan.
Advertisement
Petugas berseragam lengkap membawa peti mati yang terbungkus bendera Tunisia ke ruang upacara di istana Carthage yang penuh dengan pejabat, menempatkan jenazah di atas mimbar.
Pembicara Parlemen, Mohamed Ennaceur --yang dilantik sebagai presiden sementara, beberapa jam setelah kematian Essebsi-- memberikan penghormatan kepada almarhum yang digambarkannya sebagai "arsitek rekonsiliasi nasional".
"Dia bertekad untuk mencapai transisi demokrasi," ujarnya dalam pidato singkat, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (28/7/2019).
Istri dan anggota keluarga Essebsi hadir di sana, diapit oleh Macron, Raja Spanyol Felipe VI, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, Presiden Palestina Mahmud Abbas dan para pemimpin regional dan Eropa lainnya.
Beji Caid Essebsi, kepala negara pertama negara yang dipilih dalam jajak pendapat nasional, meninggal pada Kamis kemarin pada usia 92 tahun.
Kematian Essebsi disebut bisa memicu munculnya kerusuhan politik di Tunisia. Karena itulah, negara ini akan segera menyelenggarakan pemilihan singkat pada September 2019.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dihadiri Oleh Rakyat
Farah, seorang arsitek, mengatakan dia sengaja datang ke pemakaman Essebsi untuk menghormati jasa-jasa Essebsi atas nama perempuan.
Kementerian dalam negeri Tunisia menyampaikan, pihaknya mengerahkan sejumlah besar pasukan keamanan untuk menjamin upacara pemakaman yang lancar.
"Presiden Beji Caid Essebsi adalah milik rakyat Tunisia dan setiap warga Tunisia memiliki hak untuk menghadiri pemakamannya," kata putra almarhum, Hafedh Essebsi, melalui unggahan di Facebook-nya pada Jumat, 26 Juli 2019.
Essebsi adalah presiden pertama yang menerima pemakaman kenegaraan sejak Tunisia memperoleh kemerdekaannya dari Prancis pada 1956 dan pemerintah telah menyatakan tujuh hari berkabung nasional.
Presiden pertama Tunisia, Habib Bourguiba, dimakamkan secara sederhana pada 2000, di bawah pemerintahan presiden otokratis, Zine El Abidine Ben Ali, yang kini telah dimakzulkan dan hidup di pengasingan di Arab Saudi.
Sebuah parade militer membuka prosesi pemakaman saat iring-iringan pembawa peti mati bergerak melaju ke kuburan, sementara jet angkatan udara terbang di langit, melepaskan jejak asap merah dan putih -- warna bendera nasional Tunisia.
Advertisement
Rebutan Kekuasaan
Kematian Essebsi terjadi di tengah perebutan kekuasaan antara Perdana Menteri Youssef Chahed dan putra presiden, Hafedh Essebsi, yang menyebabkan perdana menteri dikucilkan dari Nidaa Tounes (partai sekuler yang dibentuk oleh Essebsi).
Youssef Chahed pun memutuskan untuk mendirikan partai saingannya sendiri, Tahia Tounes.
Selain itu, di Tunisia pun sedang 'panas' isu tentang siapa yang dapat ikut serta dalam pemilihan presiden selanjutnya, yang menurut komisi pemilihan umum mungkin akan diadakan pada 15 September --dua bulan lebih awal dari yang direncanakan.
Di bawah konstitusi presiden sementara, Tunisia memiliki 90 hari untuk menyelenggarakan pemilu dadakan.