Pengakuan Mengejutkan Eks Insinyur Boeing: Dipaksa Tekan Biaya Produksi 737 MAX

Seorang mantan insinyur Boeing mengaku bahwa produksi pesawat varian teranyar perusahaan, 737 MAX, didanai dengan dana seminimal mungkin.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 29 Jul 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2019, 17:03 WIB
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Liputan6.com, Washington DC - Seorang mantan insinyur Boeing mengaku bahwa produksi pesawat varian teranyar perusahaan, 737 MAX, didanai dengan "dana seminimal mungkin."

Pengakuan itu, yang diungkap kepada program laporan khusus BBC Panorama, datang di tengah terpaan negatif dunia kedirgantaraan terhadap firma produsen pesawat asal Amerika Serikat, menyusul dua kecelakaan maut yang melibatkan Boeing 737 MAX: Ethiopian Airlines pada Maret 2019 dan Lion Air pada Oktober 2018.

Seluruh penumpang dalam dua kecelakaan pesawat itu tewas.

Banyak maskapai penerbangan dunia kini mengandangkan (grounded) 737 MAX, menyebabkan kerugian besar bagi Boeing. Firma itu juga mempertimbangkan untuk menghentikan produksi 737 MAX, jika grounded tak menunjukkan sinyal berhenti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Pengakuan Eks-Insinyur

Boeing 737 MAX
Polish Airlines dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX varian 8 berjalan di landasan Bandara Internasional Borispol. (iStockphoto)

Adam Dickson bekerja di Boeing selama 30 tahun dan memimpin tim insinyur yang bekerja pada produksi 737 MAX. Dia mengklaim, timnya berada di bawah tekanan konstan dari perusahaan untuk menekan biaya produksi.

"Tentu saja yang saya lihat adalah kurangnya sumber daya yang cukup untuk melakukan pekerjaan secara keseluruhan," klaimnya, seperti dikutip dari BBC, Senin (29/7/2019).

"Budaya (di Boeing) sangat berpusat pada biaya, sangat ditekan. Insinyur diberi target untuk mendapatkan sejumlah biaya tertentu dari pesawat."

Dickson juga mengatakan bahwa para insinyur terus berada di bawah tekanan untuk 'merampingkan' fitur-fitur baru pada 737 MAX.

Eks insinyur Boeing itu juga mengatakan bahwa pihak perusahaan kerap "mengklasifikasikan sebuah perubahan besar" pada pesawat menjadi "kategori perubahan kecil", demi meminimalisir sertifikasi pengawasan dari regulator kedirgantaraan AS (FAA).

"Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa perbedaan itu sangat mirip dengan desain sebelumnya sehingga tidak memerlukan klasifikasi desain utama dalam proses sertifikasi. Ada banyak kepentingan dan tekanan pada sertifikasi dan analisis insinyur khususnya, untuk melihat setiap perubahan pada MAX sebagai perubahan kecil," lanjut Dickson.

Berdampak pada Isu Keselamatan Pesawat

Lebih lanjut, Adam Dickson mengatakan bahwa "mengerdilkan banyak perubahan" pada desain produksi pesawat, memicu kelonggaran pengawasan dari para regulator, yang bisa berdampak pada aspek keselamatan pesawat.

Saking khawatirnya, Dickson kini bahkan tak ingin membawa keluarganya pergi menggunakan 737 MAX.

"Keluargaku tidak akan terbang dengan 737 MAX. Menakutkan melihat insiden besar seperti itu karena sistem yang tidak berfungsi dengan baik atau akurat," ujarnya merujuk 'insiden' pada dua kecelakaan maut terakhir yang melibatkan 737 MAX.


Tanggapan Boeing

Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)

Boeing mengatakan komentar mantan insinyurnya itu tidak benar.

"Kami tidak mengambil jalan pintas atau mendorong (produksi) 737 MAX sebelum itu benar-benar siap," kata Boeing dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari BBC.

"Kami selalu berpegang teguh pada nilai-nilai keselamatan, kualitas, dan integritas. Nilai-nilai itu saling melengkapi dan saling memperkuat dengan produktivitas dan kinerja perusahaan."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya