Teliti Batu Bulan yang Dibawa Apollo 11, NASA Kasih Makan Puing ke Kecoak

NASA memelihara kecoak, memberi hewan ini makan dengan batu Bulan yang dibawa Apollo 11.

oleh Afra Augesti diperbarui 29 Jul 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2019, 21:00 WIB
NASA dan Kecoak
Seorang teknisi lab mempelajari burung puyuh Jepang yang terpapar sampel Bulan. Sampel ini dikumpulkan oleh misi Apollo 11. (NASA)

Liputan6.com, California - 20 Juli kemarin, Amerika Serikat merayakan hari bersejarahnya: pendaratan manusia pertama di Bulan. Setelah lima puluh tahun berlalu, tugas NASA belum benar-benar berakhir. Para ilmuwan di badan antariksa AS ini masih terus menacari tahu misteri yang ada di satelit alami Bumi.

Bahkan pemeritahan Donald Trump menekan NASA untuk mengirim kembali antariksawan terbaiknya ke tetangga terdekat planet kita, dalam waktu 5 tahun lagi: 2024.

Di satu sisi, para peneliti NASA hingga saat ini masih berupaya menguak misteri Bulan, salah satunya melalui material-material Bulan yang dibawa oleh Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ketika balik ke Bumi (Michael Collins tidak ikut turun ke Bulan kala itu).

Namun anehnya, dalam melakukan riset tersebut, NASA menggunakan kecoak dan memberi makan serangga ini dengan beberapa sampel Bulan. Setelah itu, mereka membuangnya ke dalam akuarium ikan yang berbentuk seperti gelas piala. Ada pula tikus yang disuntik dengan sampel Bulan itu.

Lalu, untuk apa semua ini?

NASA masih menyimpan sebagian besar batuan Bulan yang dibawa pulang oleh awak Apollo 11, tetapi sebagian kecil dari batuan-batuan tersebut digunakan dalam serangkaian eksperimen yang tak biasa, tetapi sangat penting, untuk memastikan sampel Bulan itu aman.

Para ilmuwan cukup percaya bahwa tidak ada kuman berbahaya yang hidup di Bulan, tetapi mereka tidak bisa benar-benar yakin terhadap kesimpulan ini. Meski dinilai sebagai benda yang paling berharga bagi ilmu pengetahuan, tetapi batu tersebut dikhawatirkan bisa menjadi kutukan di Bumi --jika ternyata mengandung risiko bagi kehidupan kita.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari persiapan NASA untuk misi selanjutnya, para ahli memutuskan untuk menyusun program tes.

"Kami harus membuktikan bahwa kami tidak akan mencemari dunia kita, entah itu merugikan bagi manusia, ikan, burung, binatang, atau tanaman," kata Charles Berry yang bertanggung jawab atas operasi medis selama Apollo, mengatakan dalam sejarah lisan 1999.

"Kami wajib mampu menunjukkan bahwa kami tidak akan mencelakai niosfer di Bumi. Jadi, kami harus mengembangkan program yang benar-benar bisa dijalankan untuk ketiga astronaut kami. Banyak tantangannya," imbuhnya, seperti dikutip dari Space.com, Senin (29/7/2019).

Para astronaut sendiri langsung dibawa ke karantina setelah mereka mendarat di Bumi. Di sana, mereka diisolasi dari semua hal, kecuali 20 ilmuwan yang mengurus mereka, selama tiga minggu.

Sekumpulan tikus juga ditempatkan di sana. Binatang-binatang ini disuntik dengan material Bulan dan ditempatkan sedekat mungkin dari tim Apollo 11 itu.

"Mereka selalu ingin tahu bagaimana hewan pengerat bekerja," ujar Judith Hayes, Kepala Divisi Biomedis Penelitian dan Ilmu Lingkungan NASA, yang ikut menemani ketiga astronaut dalam fasilitas karantina.

"Jika tikus-tikus itu baik-baik saja, maka ketiga astronaut kemungkinan akan dilepaskan tepat waktu (dari karantina). Namun bila hewan ini jadi tidak sehat, maka para astronaut akan diperiksa lebih hati-hati dan dikarantina lebih lama," pungkasnya.

Namun mengkonfirmasi keselamatan tikus dari paparan manusia yang baru saja tiba dari Bulan, tidak cukup, karena menjaga keselamatan kehidupan darat adalah hal yang jauh lebih rumit.

Pakai Hewan Lain

NASA dan Kecoak
Teknisi lab mempelajari tikus yang disuntik dengan material Bulan yang diambil selama Apollo 11. Foto diambil pada August 1969. (NASA)

Selain tikus, NASA juga menggunakan media lain untuk mendeteksi bahaya yang terselip di balik tubuh dan pakaian ketiga astronaut NASA (Neil Armstrong, Buzz Aldrin dan Michael Collins).

Pertama, NASA memilih spesies yang akan digunakannya. Agensi dan mitra-mitranya memutuskan menggunakan puyuh Jepang untuk mewakili burung, ikan, udang cokelat, tiram, kecoak Jerman dan lalat rumah.

Kemudian, NASA memanfaatkan runtuhan dari batuan Bulan sebesar 22 kilogram. Para ilmuwan mengubah material ini menjadi debu, setengahnya mereka panggang untuk mensterilkan, dan setengahnya lagi disimpan begitu saja.

Tikus dan puyuh Jepang disuntik sampel Bulan, kecoak diberi makan dengan campuran sampel Bulan, ikan dan tiram diberi debu Bulan ke air tempat mereka tinggal.

NASA mengawasi satwa-satwa ini selama sebulan, kalau-kalau nanti ada sesuatu yang 'salah' lantaran terpapar Bulan. Kecoak Jerman yang diberi makan dengan campuran debu Bulan tumbuh subur, begitu pula dengan hewan lainnya.

Namun ada dua spesies yang mati, yaitu ikan dan tiram.

"Hasil dari tes-tes ini tidak memberikan informasi yang menunjukkan bahwa sampel Bulan berisi agen-agen replikasi yang berbahaya bagi kehidupan di Bumi," kata penulis sebuah makalah di jurnal Science, yang dipublikasikan satu tahun setelah misi Apollo 11.

Pakai Tanaman

NASA dan Kecoak
NASA menumbuhkan sejumlah tanaman, termasuk lumut, dengan tanah Bulan (botol yang atas). (NASA)

Selain itu, NASA juga bekerja sama dengan Departemen Pertanian AS (USDA) untuk menguji tanaman jika ada reaksi negatif terhadap bahan Bulan.

Eksperimen tersebut antara lain menanam benih di dalam sebuah botol gelas yang diisi tanah Bulan. Tes tidak hanya dilakukan terhadap tomat, tetapi juga tembakau, kubis, bawang dan pakis. Beberapa tumbuhan ini sebenarnya berkembang biak dengan lebih baik di regolith (lapisan endapan superfisial longgar, heterogen yang menutupi batuan padat) daripada di pasir Bumi .

Uji coba serupa pun dilakukan setelah Apollo 12 dan 14, dengan bereksperimen pada 15 spesies hewan yang berbeda, menurut dokumen NASA. Sementara tes hewan dan tumbuhan sedang berlangsung, NASA juga membiakkan sampel pada cawan petri untuk mencari mikroorganisme yang berkembang.

"Mereka tidak menemukan pertumbuhan mikroba pada sampel Bulan, dan tidak dijumpai mikroorganisme yang awalnya dikira berkaitan dengan sumber dari luar Bumi atau Bulan. Tim peneliti pun tidak mendeteksi tanda-tanda penyakit menular. Semua tikus sehat," kata Hayes.

Akhirnya, NASA yakin bahwa regolith Bulan tidak berbahaya. Setelah Apollo 14, pada tahun 1971, agensi tersebut berhenti menguji binatang dan mengakhiri prosedur karantina yang ketat untuk seluruh astronaut yang dikirim ke Bulan.

NASA pun menghentikan karantina teknisi laboratorium yang bekerja untuk meneliti sampel Bulan, yang telah melakukan kontak langsung dengan batu Bulan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya