Donald Trump Ingin Ajak China dan Rusia Bikin Perjanjian Nuklir Baru

Suatu perjanjian baru untuk mengurangi senjata nuklir harus mengikut-sertakan China, kata Presiden AS Donald Trump.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Agu 2019, 19:03 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 19:03 WIB
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Washington DC - Suatu perjanjian baru untuk mengurangi senjata nuklir harus mengikut-sertakan China, kata Presiden AS Donald Trump pada Jumat 2 Agustus 2019, hanya beberapa jam setelah Amerika dengan resmi menarik diri dari perjanjian pengawasan senjata nuklir jarak menengah dengan Rusia.

Trump mengatakan ia telah membicarakan soal pengurangan senjata itu dengan Rusia dan China, dan Tiongkok "sangat antusias, seperti juga Rusia" kata Trump seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (3/8/2019).

"Kalau ada perjanjian di mana mereka mengurangi senjata nuklir dan kita juga, itu akan merupakan hal yang baik bagi dunia, dan saya kira hal itu akan terjadi."

Pemerintah Amerika hari Jumat dengan resmi keluar dari perjanjian nuklir zaman Perang Dingin itu, dengan mengatakan Rusia terus melanggarnya.

Simak video pilihan berikut:

AS Tarik Diri dari Perjanjian Nuklir dengan Rusia, Dunia Khawatir

Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)

Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan secara resmi menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Rusia, di mana hal itu meningkatkan kekhawatiran akan perlombaan senjata baru.

The Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) atau Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah itu ditandatangani oleh Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1987.

Perjanjian itu melarang rudal dengan jangkauan antara 500 dan 5.500 kilometer, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (2/8/2019).

Namun pada awal tahun ini, Amerika Serikat dan NATO menuduh Rusia melanggar pakta tersebut dengan mengerahkan rudal jelajah jenis baru, yang dibantah Moskow.

Amerika Serikatmengatakan mereka memiliki bukti bahwa Rusia telah mengerahkan sejumlah rudal 9M729, yang dikenal NATO sebagai SSC-8. Tuduhan ini kemudian diajukan kepada sekutu NATO Washington, yang semuanya mendukung klaim Negeri Paman Sam.

Presiden Donald Trump mengumumkan pada bulan Februari bahwa AS akan menarik diri dari pakta jika Rusia tidak mematuhi, dan menetapkan batas waktu hingga 2 Agustus.

Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin menangguhkan kewajiban negaranya sendiri terhadap traktat tersebut, tak lama setelahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya