Meluasnya Unjuk Rasa Bikin Transportasi Massal di Hong Kong Kacau Balau

Berbagai layanan transportasi di Hong Kong kacau balau setelah aksi unjuk rasa kembali digelar di seluruh kota.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Agu 2019, 10:45 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 10:45 WIB
Ribuan PNS Hong Kong Ikut Demo Tolak RUU Ekstradisi
Demonstran menunjukkan pesan tuntutan mereka saat ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). Banyak PNS yang memakai topeng hitam untuk menyembunyikan identitas mereka. (LAUREL CHOR/AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Aksi protes kembali terjadi di Hong Kong sejak Senin dini hari, menyebabkan layanan transportasi MTR kacau balau. Sementara itu, lebih dari 200 penerbangan dibatalkan.

Beberapa jalur MTR --jaringan kereta internal Hong Kong-- ditangguhkan ketika para pengunjuk rasa, banyak yang memakai topeng dan pakaian hitam, menghalangi pintu kereta, mencegah mereka meninggalkan stasiun.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (5/8/2019), ada juga laporan tentang payung yang sengaja dilempar untuk mencegah pintu kereta tertutup, sehingga jadwal perjalanannya tertunda.

Pengelola MTR mengatakan gangguan layanan telah mempengaruhi konektivitas di jalur Tsuen Wan, jalur Kwun Tong, garis pulau, jalur Tung Chung, jalur Kereta Timur, dan jalur Kereta Barat.

Protes di seluruh wilayah Hong Kong itu, yang bertujuan mengganggu perjalanan komuter di jam-jam sibuk, adalah hari kelima dalam serangkaian demonstrasi massa di Hong Kong.

Demonstrasi simultan direncanakan berlangsung di 7 dari 18 distrik yang ada di kota eks koloni Inggris itu, di mana sebagian besar menyasar Pulau Hong Kong dan Semenanjung Kowloon.

Banyak Penerbangan Dibatalkan

20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Sementara itu, lebih dari 200 penerbangan keluar dan masuk dibatalkan di Bandara Internasional Hong Kong (HKIA) pada hari Senin.

Sebelumnya, menanggapi demonstrasi hari Minggu dan rencana lanjutan di hari Senin, pengelola HKIA memposting peringatan bahwa aksi protes dapat memengaruhi operasional bandara.

Penumpang juga diimbau untuk mengcek terlebih dahulu ke maskapai masing-masing tentang kepastian penerbangan yang akan akan mereka naiki.

Di lain pihak, para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan utama dan layana kereta di Hong Kong pada hari Senin, menyebabkan banyak toko dan operasional bisnis ditutup.

Sehari sebelumnya, massa memblokir terowongan lintas-pelabuhan Hong Kong, dan sekelompok pengunjuk rasa lainnya mengepung sebuah kantor polisi di distrik Kwun Tong, di mana mereka menyorotkan laser ke polisi dan melemparkan batu bata ke dalam bangunan.

Polisi telah menangkap lebih dari 60 orang dan menuduh 44 di antaranya melakukan kerusuhan, sebuah kejahatan yang bisa berarti 10 tahun penjara.

Pihak Berwenang Semakin Bertindak Keras

Pengunjuk Rasa Hong Kong Ganggu Perjalanan Kereta Bawah Tanah
Polisi menahan penumpang yang marah yang mencoba untuk bertarung dengan para pengunjuk rasa di Hong Kong, Selasa (30/7/2019). Para Pengunjuk rasa telah mengganggu layanan kereta bawah tanah pada pagi hari. (AP Photo/Vincent Yu)

Pemimpin Hong Kong, Kepala Eksekutif Carrie Lam, yang menjadi target protes, telah menghilang dari pandangan publik selama dua pekan terakhir, tetapi berjanji akan berbicara kepada media pada hari ini, pukul 10.00 waktu setempat.

Ketika Hong Kong memasuki pekan kesembilan dalam menggelar aksi protes, pada demonstrasn mulai mengubah, menyusul penangkapan yang semakin sering oleh pihak berwenang.

Pada Minggu malam hingga Senin dini hari, polisi bentrok dengan pengunjuk rasa dan warga di berbagai lokasi, setelah otoritas keamanan dibuat frustasi oleh demonstrasi flashmob --dilakukan serentak dan senada-- di seluruh Hong Kong.

Aksi protes di Hong Kong dimulai atas RUU Ekstradisi yang memungkinkan tersangka dikirim ke China secara sepihak. Namun kini, hal itu telah berubah menjadi gerakan politik yang lebih luas, di mana penduduk menuntut perlindungan kebebasan bagi warga dan akuntabilitas dari pemerintahnya.

Hong Kong, yang kembali ke kontrol China pada 1997, dimaksudkan untuk menikmati otonomi "tingkat tinggi" dari Beijing, sebagai bagian dari kerangka "satu negara, dua sistem".

Tetapi, penduduk Hong Kong mengatakan kebebasan mereka perlahan-lahan menghilang di bawah kendali China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya