Liputan6.com, Jakarta - Kasim atau laki-laki yang dikebiri, mempunyai peran penting dalam banyak budaya di seluruh dunia sejak zaman dahulu kala.
Umumnya, mereka melaksanakan kebiri saat masih muda untuk memperlancar maksud tertentu, seperti menjadi bagian dari pemerintahan dengan aman atau mendapatkan posisi keagamaan di tempat-tempat seperti di Mesir, China, India, Bizantium, dan Kekaisaran Ottoman.
Sedangkan yang lain terpaksa menjalani kebiri sebagai hukuman atas kejahatan yang bersifat seksual, yang telah mereka lakukan.
Advertisement
Namun, ada pula pria yang melakukan kebiri terhadap diri mereka sendiri, karena keyakinan tertentu atau ketakutan akan godaan seksual.
Seperti apa kisah paling terkenal mereka? Berikut 5 diantaranya, seperti dikutip dari Mentalfloss, Rabu (28/8/2019).
1. Sporus (Abad Pertama Masehi)
Pengebirian adalah larangan besar di bawah hukum Romawi, bahkan terhadap budak sekalipun. Pada masa lalu di Yunani, laki-laki penyuka sesama jenis sudah ada. Tak terkecuali, Kaisar Nero yang berkuasa waktu itu.
Nero menyukai seorang pemuda bernama Sporus dan berniat menikahinya. Namun, sebelum menikah, Nero mengebiri Sporus terlebih dahulu.
Dalam upacara pernikahan keduanya pada 67 Masehi, Sporus dikisahkan didandani seperti layaknya pengantin perempuan. Ia mengenakan kerudung transparan, diberi mahar, dan mendapatkan bulan madu yang indah di Yunani.
Mungkin saja, Nero mengawini Sporus untuk memadamkan rasa bersalah yang terus menghantui dirinya, karena telah menendang istrinya yang sedang hamil muda, Sabina, hingga tewas pada tahun 65 Masehi.
Sporus dianggap oleh Nero memiliki kemiripan yang luar biasa dengan Sabina, dan Nero bahkan memanggil Sporus dengan nama istrinya yang sudah meninggal tersebut.
Akan tetapi, pernikahan kedua gay ini hanya berlangsung singkat. Nero bunuh diri pada tahun 68 Masehi. Sporus pun menjadi janda.
Sporus kembali terlibat percintaan dengan orang berkuasa lainnya, Kaisar Otho. Namun malang, sang pemimpin juga meninggal, lantaran dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Sporus kemudian dijodohkan dengan Kaisar Vitellius yang rakus, tamak, dan tercela. Vitellius kemudian memiliki ide jahat untuk membuat pertunjukan paruh waktu selama pertandingan gladiator: merencanakan Sporus untuk berpakaian sebagai seorang wanita muda dan diperkosa beramai-ramai oleh para petarung.
Gagasan busuk tersebut direncanakan agar para penonton di Colosseum lebih menikmati permainan. Sayangnya, isu ini bocor dan sampai ke telinga Sporus. Pemuda malang ini lalu memutuskan untuk bunuh diri demi menghindari penghinaan macam itu.
Advertisement
2. Origen (185 - 254)
Pada masa awal Kekristenan, banyak penganut agama yang khawatir tentang masalah seks. Orang-orang Kristen mula-mula ingin meninggalkan segala sesuatu yang bersifat duniawi, seperti kesenangan fisik, benda-benda materi, dan ikatan keluarga untuk meniru kehidupan Yesus Kristus.
Injil, khususnya Matius 19:12, menjelaskan, "Ada orang yang sudah menjadi kasim sejak lahir dari rahim ibunya, ada orang yang dijadikan kasim oleh manusia, dan ada orang yang menjadikan diri mereka sendiri kasim demi masuk Surga. Bagi dia yang mampu menerima itu, biarkan dia menerimanya."
Sebagian besar teolog memahami ayat tersebut sebagai artian bahwa seorang Kristen sejati harus menjadi selibat (tidak menikah dan hidup membujang) dengan harapan mendapatkan surga setelah ia meninggal.
Namun, teolog Yunani, Origen, tampaknya terlalu serius dalam mencerna bagian ini dan memutuskan untuk mengebiri dirinya sendiri. Padahal, ia seorang yang cerdas dan banyak wanita yang kagum padanya.
Selain sebagai seorang cendekiawan, Origen juga merupakan pujangga yang rajin berkarya. Ada kurang lebih 2.000 karya tulis yang ia hasilkan dalam berbagai cabang ilmu teologi, antara lain ilmu kritik naskah, ilmu tafsir Alkitab, ilmu pendalaman Alkitab, ilmu khotbah, dan ilmu kerohanian.
Origen adalah salah seorang tokoh yang paling berpengaruh di bidang teologi, hujah, dan zuhud Gereja Perdana. Ia telah pula disebut-sebut sebagai genius terbesar yang pernah dihasilkan Gereja Perdana.
Sama sekali tidak jelas mengapa Origen melakukan kebiri pada dirinya, karena ia tampaknya menjalani kehidupan yang normal dan tidak bertujuan menjadi kaum selibat.
Seorang sejarawan gereja abad keempat mengklaim, Origen mengebiri dirinya sendiri agar ia dapat mengajar siswa perempuan tanpa takut akan godaan.
3. Peter Abelard (1079 - 1142)
Di kalangan intelektual Abad Pertengahan, Peter Abelard dikenal sebagai salah satu teolog dan filsuf paling cemerlang. Banyak mahasiswa berbondong-bondong mendatanginya di Notre Dame, Paris, untuk berguru apapun padanya.
Suatu ketika, saat Abelard sedang berjalan-jalan di sekitar gereja, ia melihat sosok gadis cantik yang mencuri perhatiannya. Setelah diusut, perempuan muda tersebut ternyata adalah keponakan dari seorang anggota gereja.
Nama si dara jelita ini adalah Heloise. Abelard bertanya kepada anggota gereja tersebut, apakah dia bisa tinggal bersama Heloise?
Sebagai gantinya, ia menawarkan diri untuk mengajari Heloise yang berusia 17 tahun apa saja. (Abelard sendiri dua puluh tahun lebih tua dari Heloise).
Keduanya cepat akrab dan terlibat hubungan terlarang. Heloise hamil di luar nikah. Mereka pun memutuskan untuk menikah diam-diam, karena malu. Abelard sadar, para cendekiawan di Abad Pertengahan seperti dirinya, seharusnya berperilaku alim.
Dalam serangkaian kesalahpahaman, anggota gereja terkait (yang merupakan paman Heloise) berpikir bahwa Abelard telah menelantarkan Heloise.
Sang paman pun menjadi sangat murka, sehingga ia mempekerjakan beberapa orang untuk mengebiri Abelard dan memaksanya untuk mengakhiri jalinan cinta dengan Heloise.
Abelard kemudian bergabung dengan sebuah biara, menuangkan kisah getirnya itu dalam sebuah karya berjudul "History of My Misfortunes", dan kemudian melanjutkan mengajar dan terlibat dalam debat intelektual.
Heloise juga bergabung dengan sebuah biara. Anak mereka dibesarkan oleh keluarga Heloise. Terlepas dari perpisahan mereka, kedua kekasih itu sekarang terkubur bersama di pemakaman Père-Lachaise di Paris.
Advertisement
4. Wei Zhongxian (1568 - 1627)
Kebiri adalah hal yang umum dilakukan kepada laki-laki di China selama ribuan tahun, sampai akhir Dinasti Ching pada 1911. Mereka yang dikebiri biasanya berasal dari keluarga yang sangat miskin dan sudah dikebiri sejak anak-anak, sehingga mereka dapat bekerja di istana Kaisar dengan aman.
Kasim kekaisaran sering memegang kekuasaan luar biasa, karena mereka menjalankan birokrasi pemerintah dan merupakan satu-satunya pria yang diizinkan masuk ke dalam tembok istana kekaisaran.
Lain halnya dengan kisah Wei Zongxian, yang tidak berniat menjadi kasim. Ia dilahirkan papa, tumbuh dalam keadaan normal untuk anak-anak di desanya, menikah muda, menjadi seorang ayah, dan punya satu putri.
Sayangnya, Wei adalah penjudi berat. Ia berkali-kali terlilit hutang akibat uangnya habis untuk judi. Oleh sebab itu, banyak rentenir yang terus-menerus mendatanginya dan keluarganya untuk menagih uang pinjaman. Bahkan terkadang, mereka diancam.
Wei kemudian memutuskan untuk mengebiri dirinya sendiri pada usia 21 tahun, sehingga dia dapat bekerja untuk kekaisaran. Hutng pun lunas.
Selama tiga puluh tahun, Wei cukup pintar untuk meredam seluruh egonya dan membuat koneksi yang sangat baik di dalam istana. Langkah terbaik yang ia buat adalah berteman akrab dengan pengasuh calon penerus Kaisar Tianqi, Nyonya Ke.
Ketika Tianqi muda naik takhta pada umur 15 tahun, Wei mulai mengalihkan perhatian bocah itu dengan segala macam kegiatan yang menyenangkan, sementara Wei mengkonsolidasikan basis kekuatannya untuk menjadi penguasa de facto.
Wei juga menjabat sebagai direktur polisi rahasia di istana, sehingga siapa pun yang menentangnya akan 'dibereskan'. Tempat-tempat suci yang didedikasikan untuk Wei pun didirikan di seluruh Tiongkok.
Namun, keadaaan Wei berubah sangat cepat ketika kaisar meninggal mendadak pada usia 23 tahun. Wei akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
5. Thomas
Thomas Corbett dikenal sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan John Wilkes Booth, pembunuh Abraham Lincoln. Ia lahir di Inggris dan berimigrasi ke Amerika Serikat bersama orang tuanya ketika ia berusia 7 tahun.
Saat berumur 20-an, Corbet memutuskan untuk menjadi orang Kristen yang taat. Ia kemudian mengganti nama julukannya menjadi "Boston" untuk menghormati kota tempat metamorfosisnya terjadi.
Namun, Corbett memiliki kelemahan: pelacur. Agar ia bisa fokus untuk mendalami Kristen, akhirnya dia memutuskan untuk mengebiri dirinya sendiri dengan gunting demi menghindari godaan seksual dari PSK.
Menariknya, catatan Rumah Sakit Umum Massachusetts (tempat Corbett dirawat setelah memotong penisnya) mencatat bahwa ia tidak mengalami pendarahan parah secara eksternal.
Hal yang menyebabkan dokter khawatir adalah skrotum Corbett membengkak dan berubah menjadi hitam, meskipun ternyata dia baik-baik saja.
Advertisement