Liputan6.com, Hong Kong - Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan dia tidak pernah berniat untuk mengundurkan diri.
Penegasan itu mengemuka untuk membantah beredarnya bocoran info berupa rekaman audio yang mengindikasikan bahwa Lam akan mundur dari kursinya.
Pada konferensi pers pada Selasa 3 September 2019, dia mengatakan dirinya "tidak pernah mengajukan pengunduran diri" kepada pemerintah China.
Advertisement
Baca Juga
Lam menanggapi kabar tentang sebuah bocoran rekaman pertemuan pribadi pada Senin 2 September, di mana dia terdengar mengatakan akan mengundurkan diri jika dia bisa, demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (3/9/2019).
Meski demikian, sang kepala eksekutif tidak membantah keaslian audio yang diterbitkan oleh kantor berita Reuters kemarin.
Dalam rekaman itu, dia terdengar menyalahkan dirinya sendiri karena memicu krisis politik di Hong Kong, mengatakan bahwa dia tidak bisa dimaafkan telah menyebabkan kekacauan besar seperti itu.
"Jika saya punya pilihan, hal pertama adalah berhenti, setelah membuat permintaan maaf yang dalam, dan kemudian mundur," kata suara dalam rekaman yang diduga sebagai Lam.
Pada konferensi pers pada Selasa, pemimpin Hong Kong itu mengatakan, "sama sekali tidak dapat diterima" bahwa pernyataannya yang dibuat secara pribadi telah direkam dan disebarluaskan oleh media.
Simak video pilihan berikut:
Tidak Mempertimbangkan Mengundurkan Diri
Pada konferensi pers Selasa 3 September pagi waktu setempat, Carrie Lam menegaskan bahwa "Saya tidak pernah mengajukan pengunduran diri kepada Pemerintah Pusat (Beijing, China)."
"Saya bahkan belum merenungkan untuk membahas pengunduran diri dengan Pemerintah Pusat."
Ia juga membantah tudingan yang menyebut bahwa Beijing menghalang-halanginya untuk mundur, demi menghindari gambaran kelemahan Tiongkok pada isu demonstrasi Hong Kong tahun ini.
"Pilihan untuk tidak mengundurkan diri adalah pilihan saya sendiri," katanya, menegaskan dia ingin "untuk membantu Hong Kong dalam situasi yang sangat sulit dan untuk melayani orang-orang Hong Kong".
Lam mengatakan pemerintahnya "sangat cemas" tentang kekerasan di kota itu dan dia merasa "kebanyakan orang Hong Kong tidak ingin melihatnya".
"Jadi tujuan kita bersama adalah untuk menghentikan kekerasan ini, sehingga masyarakat dapat segera kembali ke perdamaian," katanya, berjanji untuk bekerja menuju lebih banyak dialog dengan pengunjuk rasa.
Advertisement
Sekilas Protes Hong Kong
Hong Kong berada pada pekan ke-14 rangkaian demonstrasi.
Protes dipicu oleh perubahan undang-undang yang akan memungkinkan ekstradisi ke daratan Cina, tetapi sejak itu meluas untuk memasukkan permintaan penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi dan tuntutan prinsip demokrasi yang lebih besar.
Terbaru, protes pada dua pekan lalu menyaksikan beberapa kekerasan terburuk dalam beberapa minggu antara pengunjuk rasa dan polisi.
Para pengunjuk rasa melemparkan bom molotov, menyalakan api dan menyerang gedung parlemen kota sementara polisi menggunakan gas air mata, peluru karet, meriam air dan menembakkan tembakan peringatan langsung.
Pada Senin 2 September 2019, ribuan siswa sekolah menengah dan universitas memboikot kelas dan berkumpul di pusat kota untuk menggelar demonstrasi lanjutan.