Liputan6.com, Hong Kong - Demonstrasi terbaru di Hong Kong pada Minggu 15 September 2019 waktu lokal berujung ricuh.
Polisi Hong Kong telah menggunakan meriam air dan gas air mata terhadap pengunjuk rasa yang melemparkan bom molotov dan batu bata di dekat kantor pemerintah di kota itu, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (16/9/2019).
Kekerasan pecah setelah ribuan massa pro-demokrasi, yang menggelar demo tak berizin, kembali menggelar aksi. Polisi kemudian bertindak untuk membubarkan massa.
Advertisement
Upaya pembubaran berujung bentrok antara polisi dan massa. Kericuhan lain juga terjadi antara massa pro-demokrasi dengan kelompok saingan yang pro-China di sekitar kota.
Ratusan orang juga berunjuk rasa di luar Konsulat Inggris, mencari dukungan kepada Britania Raya untuk menekan China agar mempertahankan kebebasan khusus di Hong Kong berdasarkan kesepakatan penyerahan 1997.
Simak video pilihan berikut:
Demo Tak Berizin Berujung Bentrok
Polisi telah menolak izin untuk demonstrasi Minggu 15 September, tetapi ribuan orang tetap hadir, berbaris dari Causeway Bay dan Central, distrik bisnis dan komersial utama.
Untuk minggu kedua berturut-turut, beberapa demonstran membawa bendera AS dan menyerukan kepada Presiden Donald Trump untuk "membebaskan" Hong Kong.
Beberapa pengunjuk rasa juga berkumpul di luar konsulat Inggris.
Ketika demonstrasi bubar pada sore menjelang malam, pengunjuk rasa garis keras bentrok dengan polisi di jalan-jalan di sekitar gedung parlemen dan pemerintah, melemparkan molotov dan batu bata.
Laporan mengatakan beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu bata ke polisi di luar pangkalan militer China di pusat kota. Mereka juga membakar spanduk yang menyatakan peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China, lapor kantor berita Reuters.
Polisi mengerahkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa. Salah satunya adalah menembakkan semburan air berwarna biru, yang telah digunakan di tempat lain di dunia untuk mengidentifikasi pengunjuk rasa nanti.
Satu mobil meriam air sempat terbakar setelah dibom.
Pintu masuk ke beberapa stasiun di jaringan kereta bawah tanah, MTR, dibarikade dan kebakaran tersulut di pintu masuk ke stasiun Wan Chai, pusat transportasi utama.
Pada malam hari, kelompok massa berpakaian hitam yang khas dengan gerakan pro-demokrasi bentrok dengan kelompok massa berpakaian putih, yang kemudian dikaitkan dengan kelompok pro-China.
Beberapa orang terluka sepanjang malam. Media lokal Hong Kong melaporkan bahwa beberapa wartawan juga diserang.
Advertisement
Sekilas Demonstrasi Hong Kong
Protes di seluruh kota, yang awalnya dipicu oleh undang - undang yang akan memungkinkan Beijing untuk mengekstradisi penduduk ke daratan, sering berakhir dengan kekerasan, biasanya antara demonstran pro-demokrasi dan polisi.
Bentrokan-bentrokan itu menjadi lebih ganas dalam beberapa pekan terakhir, dengan polisi anti huru hara menembakkan gas air mata ketika para demonstran merusak stasiun kereta bawah tanah, membakar dan memblokir lalu lintas.
Sementara kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan penarikan RUU ekstradisi, protes sejak itu telah meluas menjadi permintaan untuk memasukkan pencabutan kata "kerusuhan" dari pendefinisian yang digunakan pemerintah; melepaskan semua demonstran pro-demokrasi yang ditahan; meluncurkan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi; dan hak bagi orang-orang Hong Kong untuk memilih pemimpin mereka sendiri secara demokratis.