Demo Hong Kong, Aktivis Pro-Demokrasi Bentrok dengan Pendukung Beijing

Bentrokan antara demonstran pro-Beijing dan demonstran pro-demokrasi Hong Kong pecah di lokasi unjuk rasa pada Sabtu 14 September 2019 waktu lokal.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Sep 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2019, 12:00 WIB
Massa pro demokrasi Hong Kong bentrok dengan massa pro China dalam rangkaian demonstrasi terbaru akhir pekan ini di Hong Kong (AFP)
Massa pro demokrasi Hong Kong bentrok dengan massa pro China dalam rangkaian demonstrasi terbaru akhir pekan ini di Hong Kong (AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Bentrokan antara demonstran pro-Beijing dan pro-demokrasi Hong Kong pecah di lokasi unjuk rasa, yang bertempat di daerah perbelanjaan yang ramai. Ini merupakan pertikaian terbaru dalam berbulan-bulan rangkaian protes di kota wilayah otonomi khusus Tiongkok tersebut.

Ratusan demonstran pro-Beijing mengibarkan bendera China dan meneriakkan slogan pada hari Sabtu 14 September 2019 di Amoy Plaza di distrik Kowloon yang padat.

Massa pro-demokrasi, yang telah berbulan-bulan menyuarakan protes pada pemerintah Hong Kong dan Beijing, dengan cepat berkumpul di sana, memicu ketegangan ketika kedua kubu saling mencela, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (15/9/2019).

Kebuntuan itu menggarisbawahi meningkatnya polarisasi di kota ketika protes memasuki pekan ke-15.

Demonstran pro-China (kanan) berkelahi dengan demonstran antipemerintah di sebuah pusat perbelanjaan di Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Bentrokan yang awalnya hanya adu mulut berubah menjadi saling baku pukul. (ISAAC LAWRENCE/AFP)

Para demonstran pro-Beijing meneriakkan "dukung polisi (Hong Kong)" dan "China, pertahankan kekuatan Anda."

Dalam satu contoh, seorang perempuan juga meneriakkan "Hong Kong adalah China" kepada orang yang lewat, yang membalas dengan kata-kata konfrontatif.

Di titik lain, pengunjuk rasa pro-demokrasi mulai membawakan lagu kebangsaan rakyat Hong Kong, mendorong pengunjuk rasa saingan menyanyikan lagu kebangsaan China.

Namun, situasinya segera berubah menjadi kekerasan, dengan kelompok-kelompok saling beradu jotos dan berujung kekerasan.

Polisi menahan seorang pria muda setelah perkelahian antara demonstran pro China dengan demonstran antipemerintah di Amoy Plaza, Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Personel Kepolisian Hong Kong yang bersenjatakan tongkat dikerahkan untuk menangani bentrokan. (AP Photo/Vincent Yu)

Pertengkaran itu membuat beberapa orang tampak berlumuran darah dan memar sebelum polisi terlibat untuk melerai perkelahian. Beberapa pengunjuk rasa dari kedua kubu ditahan.

Bentrokan lainnya dilaporkan terjadi di distrik Fortress Hill pada Sabtu, di mana sekelompok pria, banyak yang mengibarkan bendera Tiongkok dan mengenakan kaus biru yang menyatakan "Saya suka polisi HK", menyerang orang yang dianggap sebagai demonstran pro-demokrasi, menurut laporan kantor berita AFP.

Di tempat lain di kota itu, para pengunjuk rasa anti-pemerintah berbaris di distrik New Territories barat laut Tin Shui Wai.

Banyak yang mengibarkan bendera Amerika dan meneriakkan: "Bebaskan Hong Kong."

"Kami harus terus keluar untuk memberi tahu pemerintah agar menanggapi lima tuntutan kami, jika tidak, kami akan menerima penarikan (ekstradisi)," kata seorang pengunjuk rasa pro demokrasi Hong Kong, Mandy (26), kepada kantor berita Reuters.

Simak video pilihan berikut:

Sekilas Demonstrasi Hong Kong

Bentrok Demonstran Anti-Pemerintah Hong Kong dan Massa Pro-China
Demonstran pro-China berkelahi dengan demonstran antipemerintah di Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Bentrokan pecah saat aktivis dan demonstran antipemerintah Hong Kong merencanakan aksi duduk bersama di dalam pusat-pusat perbelanjaan. (AP Photo/Kin Cheung)

Protes di seluruh kota, yang awalnya dipicu oleh undang - undang yang akan memungkinkan Beijing untuk mengekstradisi penduduk ke daratan, sering berakhir dengan kekerasan, biasanya antara demonstran pro-demokrasi dan polisi.

Bentrokan-bentrokan itu menjadi lebih ganas dalam beberapa pekan terakhir, dengan polisi anti huru hara menembakkan gas air mata ketika para demonstran merusak stasiun kereta bawah tanah, membakar dan memblokir lalu lintas.

Sementara kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan penarikan RUU ekstradisi, protes sejak itu telah meluas menjadi permintaan untuk memasukkan pencabutan kata "kerusuhan" dari pendefinisian yang digunakan pemerintah; melepaskan semua demonstran pro-demokrasi yang ditahan; meluncurkan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi; dan hak bagi orang-orang Hong Kong untuk memilih pemimpin mereka sendiri secara demokratis.

Rangkaian Protes Masih Akan Berlanjut

Bentrok Demonstran Anti-Pemerintah Hong Kong dan Massa Pro-China
Demonstran pro-China (tengah) berkelahi dengan demonstran antipemerintah di Amoy Plaza, Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Bentrokan pecah saat demonstran pro-China meneriakkan slogan dukungan untuk polisi. (AP Photo/Kin Cheung)

Bentrokan hari Sabtu terjadi setelah beberapa malam demonstrasi damai.

Pada hari Jumat 13 Jumat 2019, ribuan orang membawa lentera dengan pesan-pesan pro-demokrasi dan membentuk rantai manusia yang diterangi pada dua puncak kota untuk menandai festival tahunan pertengahan musim gugur.

Demonstran juga berencana untuk berkumpul di luar konsulat Inggris pada hari Minggu untuk menuntut agar China menghormati Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris 1984, yang menguraikan masa depan bekas jajahan Inggris setelah kembalinya ke China pada tahun 1997.

Inggris mengatakan memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan China mematuhi kewajibannya berdasarkan deklarasi.

Di bawah perjanjian itu, Hong Kong kembali ke China dengan formula "satu negara, dua sistem" yang menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di daratan, termasuk sistem hukum independen yang sangat dihargai.

Polisi menahan seorang pria muda setelah perkelahian antara pendukung pro-China dengan demonstran antipemerintah di Amoy Plaza, Distrik Kowloon Bay, Hong Kong, Sabtu (14/9/2019). Beberapa orang ditahan dalam bentrokan ini. (AP Photo/Kin Cheung)

China, yang menuduh negara-negara Barat mengobarkan perbedaan pendapat, mengatakan pihaknya menghormati deklarasi itu dan tidak mencampuri situasi di Hong Kong.

Namun, Beijing menyatakan bahwa minggu-minggu kerusuhan harus diperlakukan oleh komunitas internasional sebagai urusan internal Tiongkok.

Kerusuhan lebih lanjut telah menghancurkan ekonomi Hong Kong, yang sudah terhuyung-huyung akibat perang dagang antara AS dan China. Hal ini juga dipandang sebagai hal yang memalukan bagi Partai Komunis China yang berkuasa menjelang perayaan Hari Nasional 1 Oktober.

Lebih dari 1.300 orang telah ditangkap sejak protes dimulai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya