Anggapan Kontroversial Soal Dagu Manusia, Tidak Dimiliki oleh Spesies Lain

Manusia adalah satu-satunya spesies yang punya dagu, mengapa?

oleh Afra Augesti diperbarui 19 Sep 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2019, 21:00 WIB
Ilustrasi tengkorak manusia
Ilustrasi tengkorak manusia (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Dagu adalah sesuatu yang unik yang dimiliki manusia, menurut sejumlah peneliti. Berdasarkan sejarah, manusia dikatakan sangat sangat mirip dengan kera, yang merupakan leluhur manusia.

Ada jari tangan dan jari kaki, mampu berjalan dan berlari, merawat anak dengan metode yang sama (menyusui), dan membangun sebuah keluarga.

Namun, ada satu fisik manusia yang berbeda dari spesies lain atau kera, yaitu dagu. Terkadang, bentuk dagu lancip atau tampak seperti terbelah.

Para ilmuwan mengatakan, dagu manusia terbuat dari tulang yang menonjol dari rahang. Struktur kecil ini sempat membingungkan para peneliti dan ahli biologi selama berabad-abad, sejak Charles Darwin menemukan bahwa manusia sebenarnya telah berevolusi dari nenek moyang yang mirip kera.

Simpanse adalah keluarga "kerabat" terdekat manusia di dunia hewan, tetapi mereka tidak memiliki dagu seperti manusia. Ini adalah karakteristik yang dikembangkan oleh evolusi selama berabad-abad.

"Dagu adalah salah satu fenomena langka dalam evolusi biologi yang mengungkap perbedaan filosofis manusia," kata James Pampush dari Duke University pada 2016, kepada National Public Radio (NPR) di Amerika --mengutip Vintage News, Kamis (19/9/2019).

Salah satu anggapan umum adalah manusia mengembangkan dagu untuk mendukung mengunyah makanan. Namun, Pampush membantah gagasan ini. Dia percaya, dagu berada di tempat yang salah agar berfungsi sebagai mekanisme penopang rahang.

Sebaliknya, ia skeptis bahwa kemungkinan besar dagu sebenarnya adalah "spandrel", apa yang dalam komunitas ilmiah dikatakan sebagai sesuatu yang tersisa atau berubah ketika aspek lain dari tubuh kita tumbuh.

Dia juga berpikir, ketika manusia belajar untuk berdiri dan mengembangkan postur yang baik, wajah menyusut dan dagu menjadi lebih menonjol. Lebih jauh, Pampush yakin bahwa, pada suatu waktu, rahang manusia bisa lebih panjang. 

Anatomi Tubuh yang Butuh Diteliti

Ilustrasi tengkorak manusia
Ilustrasi (AFP/Vano Shlamov)

Nathan Holton, seorang akademisi di University of Iowa yang meneliti evolusi wajah, setuju dengan anggapan Pampush. "Tampaknya penampilan dagu itu sendiri mungkin terkait dengan pengurangan wajah manusia," kata Holton.

"Dalam pengertian ini, memahami mengapa wajah menjadi lebih kecil adalah penting untuk menjelaskan mengapa kita memiliki dagu," lanjutnya.

Sangat mengherankan bahwa dagu menjadi subjek dari banyak penelitian ilmiah, tetapi, seperti yang dijelaskan oleh Pampush dan Holton, dagu adalah bagian vital dari anatomi manusia yang patut mendapatkan perhatian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya