Iran Geram Dituduh 3 Negara Eropa Sebagai Dalang Serangan Kilang Minyak Saudi

Iran telah menolak pernyataan bersama oleh para pemimpin Prancis, Jerman dan Inggris yang menyalahkannya atas serangan awal bulan ini pada instalasi minyak Arab Saudi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Sep 2019, 15:02 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2019, 15:02 WIB
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)
Bendera Iran (Atta Kenare / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Teheran - Iran telah menolak pernyataan bersama oleh para pemimpin Prancis, Jerman dan Inggris yang menyalahkannya atas serangan awal bulan ini pada instalasi minyak Arab Saudi.

Menteri luar negeri Iran menuduh mereka "menirukan klaim AS yang absurd," demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (24/9/2019).

Para pemimpin Eropa mengatakan tidak ada penjelasan yang masuk akal untuk serangan yang telah mengganggu setengah dari total produksi minyak Saudi.

Gerilyawan Houthi Yaman, yang disebut sebagai proksi Iran, mengklaim telah melakukan serangan 14 September 2019, sementara Iran sendiri membantah terlibat.

Delapan belas drone dan tujuh rudal jelajah menghantam ladang minyak Abqaiq dan fasilitas pemrosesan Khurais.

Kata 3 Negara Eropa

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan pernyataan mereka di sela-sela Majelis Umum PBB di New York.

"Jelas bagi kami bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan ini. Tidak ada penjelasan masuk akal lainnya. Kami mendukung penyelidikan yang sedang berlangsung untuk menetapkan perincian lebih lanjut," kata mereka.

"Sudah tiba saatnya bagi Iran untuk menerima negosiasi tentang kerangka kerja jangka panjang untuk program nuklirnya serta masalah yang berkaitan dengan keamanan regional, termasuk program misilnya dan cara pengiriman lainnya," kata pernyataan itu menambahkan.

Ketiga pemimpin tersebut menyatakan "komitmen berkelanjutan" mereka terhadap perjanjian limitasi nuklir Iran 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Ketegangan antara AS dan Iran telah melonjak sejak Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi.

Berbicara kemudian pada hari Senin, Johnson menyerukan kesepakatan nuklir baru dengan Iran yang dinegosiasikan oleh Trump.

"Jika itu adalah kesepakatan yang buruk, dan saya bersedia menerima bahwa ada banyak, banyak cacat, maka mari kita lakukan kesepakatan yang lebih baik," katanya dalam sebuah wawancara dengan media AS.

"Saya pikir ada satu lelaki yang bisa melakukan kesepakatan yang lebih baik dan satu lelaki yang mengerti cara mendapatkan pasangan yang sulit seperti Iran melalui jalur telepon dan itu adalah presiden Amerika Serikat. Jadi saya berharap akan ada kesepakatan Trump, untuk jujurlah dengan Anda. "

Downing Street kemudian menekankan bahwa Tuan Johnson mendukung JCPOA. Perdana menteri Inggris akan bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani nanti di sela-sela Majelis Umum PBB.

Simak video pilihan berikut:

Tanggapan Iran

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi Bendera Iran (iStock)

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif menuduh ketiga negara Eropa "menirukan klaim AS yang absurd" --mereferensi tuduhan yang dilontarkan AS untuk pertama kali bahwa Negeri Persia bertanggungjawab dalam serangan kilang minyak Saudi.

Soal JCPOA, Zarif mengesampingkan kemungkinan negosiasi kesepakatan baru dengan kekuatan dunia, mengatakan bahwa ketiga mitra Eropa telah menunjukkan "kelumpuhan dalam memenuhi kewajiban mereka" tanpa persetujuan AS.

Ia mentweet bahwa "Solusi adalah dengan kemauan (negara-negara) untuk menempa jalur independen, tidak menirukan klaim AS yang absurd (terkait serangan kilang minyak Saudi) dan konsistensi terhadap JCPOA."

Zarif menambahkan, "Tidak ada kesepakatan baru sebelum kepatuhan dengan yang saat ini."

Iran telah memperingatkan AS dan sekutunya terhadap tanggapan militer terhadap serangan di Arab Saudi, dengan mengatakan bahwa pihaknya siap "untuk menanggapi setiap agresi."

Pemberontak Houthi telah berulang kali meluncurkan roket, rudal dan drone di daerah-daerah berpenduduk di Arab Saudi. Mereka berada dalam konflik dengan koalisi yang dipimpin Saudi yang mendukung seorang presiden yang dipaksa pemberontak ketika konflik Yaman meningkat pada Maret 2015.

Perang telah menewaskan hampir 10.000 orang dan mendorong jutaan orang ke ambang kelaparan, bencana kemanusiaan buatan manusia terburuk di dunia.

Iran, saingan regional Arab Saudi, adalah penentang AS, dan ketegangan antara keduanya meningkat tajam tahun ini. AS mengatakan Iran berada di belakang serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk pada Juni dan Juli, serta pada empat lainnya pada Mei - tuduhan ditolak oleh Teheran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya