Liputan6.com, Port-au-Prince - Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Haiti, di tengah protes keras terhadap Presiden Jovenel Moïse.
Dalam aksi tersebut, seperti laporan BBC, Sabtu (28/9/2019), sebuah kantor polisi dijarah. Toko-toko dan bank di ibu kota Haiti, Port-au-Prince juga jadi sasaran. Polisi merespons dengan menembakkan gas air mata dan proyektil.
Kekurangan bahan bakar, kenaikan harga dan tuduhan korupsi pemerintah telah memicu protes selama berminggu-minggu.
Advertisement
Moïse membatalkan pidatonya di PBB minggu ini demi ketenangan.
Pidatonya kepada negara pada Rabu 26 September gagal mengakhiri kekerasan di salah satu negara termiskin di Amerika.
Empat orang tewas dalam beberapa hari terakhir.
Protes Haiti yang terjadi pada hari Jumat waktu setempat adalah yang paling parah dari kerusuhan baru-baru ini.
Tiang lampu, ban, batang pohon dan tumpukan sampah dibakar, digunakan untuk membuat barikade di bawah tatapan polisi patroli yang tak berdaya.
Bentrokan pecah ketika pemrotes melemparkan batu sebagai tanggapan atas gas air mata dari polisi. Tembakan juga terdengar dari jarak dekat.
Setelah para demonstran dibubarkan, beberapa toko dijarah di daerah terkaya di ibu kota.
Demonstran Menjarah
Kantor polisi di distrik miskin Cité Soleil dilaporkan tak luput dari sasaran demonstran. Bangunan tersebut dijarah. Furnitur dan atap logamnya diambil oleh para pemrotes.
"Orang-orang mengambil apa pun yang mereka bisa untuk membuat rumah mereka lebih baik karena mereka bosan basah kuyup saat hujan," kata seorang pemrotes, Steven Edgard, kepada kantor berita AFP.
Lingkungan yang lebih kaya seperti Delmas dan Petion Ville juga terkena imbas demo. Para pemrotes menjarah bank, mesin ATM, dan sejumlah toko. Sementara salah satu gedung dibakar.
Barikade dengan kobaran api dibangun dari ban dan sampah.
Awal tahun ini, Moïse menolak seruan untuk pengunduran dirinya, dengan mengatakan ia tidak akan meninggalkan negara itu di "tangan gerombolan bersenjata dan penyelundup obat bius".
Advertisement
Polisi Dievakuasi
Gary Desrosiers, juru bicara kepolisian, mengatakan kepada AFP bahwa semua langkah diambil untuk "menghindari bentrokan dengan penduduk". Agen elit SWAT juga mengevakuasi petugas di kantor polisi yang dijarah saat protes terjadi.
"Polisi telah mengambil semua senjata mereka sehingga para pemrotes tidak bisa menjarahnya," ujar Desrosiers.
"Kami tidak ingin polisi keluar dari markas karena ini adalah unit yang menembakkan peluru nyata ke orang-orang, yang menggunakan granat gas air mata ketika semua orang ingin dihormati," kata salah seorang pemrotes, Edgard.
Salah satu negara termiskin di Amerika, tiga perlima penduduk Haiti hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan $ 2 per hari.