Liputan6.com, Melbourne - Pemerintah Australia berjanji untuk melakukan investasi sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun untuk mendukung kembalinya NASA ke Bulan. Selain itu, Australia juga menyatakan kesanggupannya untuk menyumbang misi ke Mars.
Australian Space Agency membuat janji untuk menumbuhkan "gagasan baru dan keterampilan teknologi tinggi" yang akan membantunya bermitra dengan misi-misi Amerika Serikat di masa depan.
Kerja sama ini disorot selama kunjungan Perdana Menteri Scott Morrison ke Negeri Paman Sam pada Rabu, 25 September 2019, untuk menghadiri Majelis Umum PBB.
Advertisement
Baca Juga
"Kami mendukung Amerika untuk kembali ke Bulan, dan bahkan pergi ke Mars," kata Morrison, dikutip dari UPI, Sabtu (28/9/2019). "Ada peluang besar di sektor angkasa luar Australia, yang ingin kami lipatgandakan menjadi US$ 12 miliar untuk menciptakan sekitar 20.000 pekerjaan tambahan pada tahun 2030."
NASA berencana untuk kembali ke Bulan dan melakukan perjalanan ke Mars melalui program Project Artemis dan Lunar Gateway.
Badan antariksa itu mengatakan, Artemis akan mengarah ke pendaratan manusia di Bulan berikutnya pada 2024, yang sekaligus membawa wanita pertama yang berjalan di permukaan Bulan.
Sedangkan Lunar Gateway akan menjadi pesawat ruang angkasa yang mengorbit Bulan dan berfungsi sebagai pit-stop (tempat pemberhentian sementara) untuk perjalanan masa depan ke Planet Merah.
Astronaut Australia, Andy Thomas, yang merupakan tim dari program pesawat ulang-alik NASA, mengatakan komitmen itu adalah penentu bagi program ruang angkasa Australia yang masih baru.
"Ini investasi dalam teknologi dan perusahaan ilmiah baru," ungkap Thomas. "Demi membangun basis untuk ekonomi baru di Australia."
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jepang Ikut Serta
Jepang juga mengumumkan pada minggu ini akan bekerja sama dengan program Artemis NASA, setelah Administrator NASA Jim Bridenstine mengunjungi Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency).
Meski belum ada kesepakatan resmi, pemerintah Jepang mengatakan akan memainkan peran kunci dalam Artemis dan Lunar Gateway.
"Kemampuan JAXA dan kemampuan bangsa Jepang adalah hal yang penting," ujar Bridenstine kepada wartawan, pada Rabu, 25 September 2019.
"Amerika Serikat dan NASA akan senang melihat Jepang dan JAXA bekerja bersama, kami membangun stasiun ruang angkasa di orbit di sekitar Bulan."
Advertisement