Bola Api Meluncur dari Langit di China, Meteor Jatuh?

Bola api terekam kamera meluncur dari langit di timur laut China pada Jumat 11 Oktober.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 14 Okt 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2019, 17:03 WIB
Meteor
Ilustrasi (Foto: apod.nasa.gov)

Liputan6.com, Jakarta - Bola api terekam kamera meluncur dari langit di timur laut China pada Jumat 11 Oktober. Luncuran bola api itu diduga sebagai meteor jatuh.

Benda menyala itu terlihat jatuh sekitar pukul 12.16 waktu Beijing, mengubah malam menjadi siang dan menebarkan bayang-bayang gelap saat melesat menembus langit.

Video luncuran bola api itu ditangkap kamera pengintai di kota Songyuan di provinsi Jilin. Banyak warga di timur laut China juga mengabadikan melalui kameranya, seperti dilaporkan CCTV yang dilansir Space.com, Senin (14/10/2019).

Bola api terekam kamera meluncur dari langit di timur laut China pada Jumat 11 Oktober. (CCTV)

Benda yang diduga meteor jatuh itu juga terlihat dari Provinsi Heilongjiang.

Para ilmuwan dengan Purple Mountain Observer, bagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, sedang mememerika video itu untuk mempelajarinya. Tetapi belum ada laporan tentang meteorit yang ditemukan di tanah setelah bola api itu meluncur.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hujan Meteor

Ilustrasi meteor
Ilustrasi meteor. (iStock)

Dua hujan meteor telah terjadi secara berturut-turut. Satu yang dikenal membawa meteor sangat terang, yang dikenal sebagai bola api, demikian seperti dikutip dari Accu Weather.

Hujan meteor Draconid

Berlangsung pada Selasa, 8 Oktober, hingga Rabu, 9 Oktober.

Oktober menampilkan puncak tiga hujan meteor, yang pertama mencapai puncaknya pada Selasa malam.

"Hujan meteor Draconid dimulai pada musim gugur," kata Dave Samuhel, astronom dan ahli meteorologi Accu Weather.

Draconid dianggap sebagai hujan meteor kecil, dengan hanya sekitar 10 meteor per jam. Namun, kadang-kadang, dapat memenuhi langit malam dengan ratusan meteor.

Pada 2018, pengamat di Eropa menghitung ada lebih dari 140 meteor per jam, menurut International Meteor Organization. Penampakan seperti itu kemungkinan tidak akan berulang pada 2019.

Namun, kemunculan Draconid tidak dapat diprediksi, sehingga masih ada peluang untuk merebak selama satu atau dua jam dengan tingkat yang jauh lebih tinggi, kata Samuhel.

Tidak seperti kebanyakan hujan meteor yang paling baik dilihat pada paruh kedua malam, Draconid datang dalam jumlah terbesar sebelum tengah malam.

Sayangnya, Bulan akan berada di langit pada paruh kedua malam pekan depan, sehingga para penikmat bintang harus mencari meteor di area langit yang jauh dari paparan cahaya Bulan dan awan.

Hujan Meteor Taurid Selatan

Berlangsung pada Rabu, 9 Oktober hingga Kamis, 10 Oktober.

Setelah Draconid usai unjuk gigi, muncul Taurids Selatan. Hujan meteor kedua ini memuncak dalam banyak malam.

Mirip dengan Draconid, hujan meteor Taurid Selatan diperkirakan kurang dari 10 meteor per jam. "Taurids kaya akan bola api," kata American Meteor Society di situs web mereka.

Bola api adalah meteor yang tampak sangat terang saat melesat menembus langit. Mereka bisa menyala dengan sinar yang menyilaukan mata, sehingga bayangan bola api ini bahkan bisa tampak di tanah Bumi selama beberapa detik.

Sementara itu, ada juga hujan meteor Orionid yang memuncak pada akhir Oktober, tepatnya pada malam 21 hingga 22 Oktober dan biasanya membawa sekitar 20 meteor per jam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya