Liputan6.com, Brussels - Tunangan dari jurnalis Saudi yang terbunuh, Jamal Khashoggi mengecam pada Selasa, 3 Desember 2019 mengenai kepasifan komunitas internasional terhadap Arab Saudi, tepat 14 bulan setelah pembunuhan jurnalis tersebut.
Khashoggi, seorang kontributor Washington Post dan juga merupakan penduduk AS.
Advertisement
Ia terbunuh pada Oktober 2018 oleh agen-agen Saudi ketika berada di konsulat Arab Saudi di Istanbul untuk mendapatkan dokumen sebelum melangsungkan pernikahan dengan Hatice Cengiz. Demikian dikutip dari Channel News Asia, Rabu (4/12/2019).
Dalam perbincangannya bersama Agnès Callamard, pelapor khusus PBB untuk eksekusi di luar proses hukum, Cengiz menyesalkan bahwa tidak ada tindakan signifikan dari masyarakat internasional sejak sebuah laporan PBB merilis berita tentang pembunuhan yang terjadi pada Juni.
"Ini bukan kasus yang bisa ditutup seperti ini. Bagi saya, pembunuhan Jamal Khashoggi adalah pembunuhan paling tidak manusiawi di era modern," katanya.
"Saya ingin itu terus mengganggu orang. Beberapa orang harus kehilangan jam tidur karenanya," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tersangka Pembunuhan
Laporan Callamard menemukan bukti yang dapat dipercaya yang menghubungkan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dengan pembunuhan itu.
Callamard, tidak mewakili pihak PBB tetapi melaporkan temuannya ke sana, telah meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk memulai penyelidikan kriminal internasional ke dalam kasus ini.
"Kami menyerukan penyelidikan internasional, itulah yang saya kerjakan," kata Cengiz.
Callamard menyerukan moratorium ekspor peralatan pengawasan ke Arab Saudi serta sanksi yang menargetkan pejabat senior yang diduga terlibat dalam pembunuhan itu, termasuk Putra Mahkota.
"Uni Eropa, seperti halnya komunitas internasional lainnya, sangat mengecewakan dalam reaksi dan tindakannya terhadap Arab Saudi," kata Callamard, yang berada di Brussels untuk bertemu dengan para pejabat Uni Eropa.
Pakar itu juga menegaskan kembali kritiknya terhadap pertemuan G20 mendatang di Arab Saudi, yang merupakan "kesalahan", dan menyerukan kebebasan pers dan perlindungan hak asasi manusia untuk ditambahkan ke dalam agenda.
Advertisement