Melalui Pesan Natal, Presiden Chile Serukan Akhir Kerusuhan Protes Anti-Pemerintah

Lewat pidato Malam Natal, Presiden Chile Sebastian Pinera menyerukan diakhirinya aksi protes antipemerintah

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 08:00 WIB
Sebatian Pinera dan Cecilia Morel
Sebastian Pinera dan istrinya Cecilia Morel saat merayakan kemenangan di Santiago, Chile, pada 17 Desember 2017. (AP Photo/Luis Hidalgo)

Liputan6.com, Santiago - Pada Selasa 24 Desember 2019 waktu setempat, dalam sebuah pidato Malam Natal, Presiden Chile Sebastian Pinera menyerukan diakhirinya aksi protes antipemerintah. Aksi yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan.

Selain itu, pada kesempatan tersebut, ia sekaligus menyerukan peningkatan kerja sama politik yang lebih luas.

Pinera mendesak persatuan dan konsiliasi tidak hanya dengan para pengunjuk rasa, tetapi juga di antara koalisi empat partai yang berkuasa, Chile Vamos, yang terbelah oleh perbedaan pendapat tentang bagaimana menghadapi kerusuhan politik dan sosial di negara itu.

"Negara yang terpecah ... tidak memiliki masa depan yang baik. Negara yang bersatu yang menghargai perbedaan tetapi mampu bersama-sama membangun adalah negara yang memiliki masa depan cerah," kata Pinera seperti dikutip dari Xinhua News, Rabu (25/12/2019).

"Tinggalkan semua perasaan konflik, perpecahan, konfrontasi dan cari apa yang menyatukan kita, alih-alih mencari apa yang membuat kita berbeda," tambah Presiden Chile itu. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Awal Protes Chile

Ketapel hingga Raket Tenis Jadi Senjata Demonstran di Chile
Seorang demonstran menggunakan ketapel menyerang polisi anti huru hara selama protes terhadap kebijakan ekonomi pemerintah di Santiago (6/11/2019). Presiden Chile mengatakan "tidak menyembunyikan apa-apa" mengenai tuduhan bahwa polisi membunuh, menyiksa warga sipil. (AFP Photo/Martin Bernetti)

Pada pertengahan Oktober lalu, terjadi aksi protes besar-besaran untuk menentang kenaikan tarif kereta bawah tanah di ibu kota Santiago. Aksi tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, dipicu oleh kemarahan atas ketidakmampuan Chile dalam mendistribusikan kekayaan negara itu yang menyebabkan meningkatnya ketidaksetaraan.

Warga Chile akan memberikan suaranya dalam pemungutan suara pada 26 April mendatang untuk menentukan apakah akan menulis ulang Konstitusi guna mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial dengan lebih baik. Selesai

Pemicu Protes

Protes Krisis Ekonomi, Demonstran Bentrok Dengan Polisi di Chile
Seorang demonstran anti-pemerintah melemparkan batu ke arah polisi di Santiago, Chile (4/10/2019). Pengunjuk rasa menuntut diakhirinya ketidaksetaraan ekonomi bahkan ketika pemerintah mengumumkan bahwa demonstrasi selama berminggu-minggu merugikan pertumbuhan ekonomi negara. (AP Photo/Esteban Felix)

Unjuk rasa ini dipicu rasa marah masyarakat karena tingginya biaya hidup, kesenjangan antara kaya dan miskin, serta biaya medis yang sangat mahal. Hal ini dikemukakan demonstran yang menuntut pengunduran diri Presiden Sebastian Pinera.

Pinera mengadakan pembicaraan dengan partai-partai oposisi pekan lalu, tetapi mereka mengatakan dia gagal meyakinkan mereka bahwa memiliki keinginan untuk membuat perubahan yang diperlukan untuk menenangkan protes.

Jaksa mengatakan 20 orang tewas dalam kerusuhan sejak protes dimulai pada 20 Oktober. Sebuah misi HAM PBB sedang menyelidiki tuduhan kebrutalan polisi. Kini jumlahnya kian bertambah.

Pinera mencoba untuk menindak kerusuhan di minggu pertama tetapi tawaran itu menjadi bumerang. Dia terpaksa membatalkan hosting dua KTT internasional utama termasuk pertemuan iklim COP karena kerusuhan.

Para pengunjuk rasa mengorganisir aksi unjuk rasa pada Senin di bawah slogan "Ini belum berakhir." Beberapa warga kembali bekerja meskipun ada perusakan yang merusak jaringan kereta bawah tanah.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya