Liputan6.com, Santiago - Pada Selasa 24 Desember 2019 waktu setempat, dalam sebuah pidato Malam Natal, Presiden Chile Sebastian Pinera menyerukan diakhirinya aksi protes antipemerintah. Aksi yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan.
Selain itu, pada kesempatan tersebut, ia sekaligus menyerukan peningkatan kerja sama politik yang lebih luas.
Baca Juga
Pinera mendesak persatuan dan konsiliasi tidak hanya dengan para pengunjuk rasa, tetapi juga di antara koalisi empat partai yang berkuasa, Chile Vamos, yang terbelah oleh perbedaan pendapat tentang bagaimana menghadapi kerusuhan politik dan sosial di negara itu.
Advertisement
"Negara yang terpecah ... tidak memiliki masa depan yang baik. Negara yang bersatu yang menghargai perbedaan tetapi mampu bersama-sama membangun adalah negara yang memiliki masa depan cerah," kata Pinera seperti dikutip dari Xinhua News, Rabu (25/12/2019).
"Tinggalkan semua perasaan konflik, perpecahan, konfrontasi dan cari apa yang menyatukan kita, alih-alih mencari apa yang membuat kita berbeda," tambah Presiden Chile itu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Awal Protes Chile
Pada pertengahan Oktober lalu, terjadi aksi protes besar-besaran untuk menentang kenaikan tarif kereta bawah tanah di ibu kota Santiago. Aksi tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, dipicu oleh kemarahan atas ketidakmampuan Chile dalam mendistribusikan kekayaan negara itu yang menyebabkan meningkatnya ketidaksetaraan.
Warga Chile akan memberikan suaranya dalam pemungutan suara pada 26 April mendatang untuk menentukan apakah akan menulis ulang Konstitusi guna mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial dengan lebih baik. Selesai
Advertisement
Pemicu Protes
Unjuk rasa ini dipicu rasa marah masyarakat karena tingginya biaya hidup, kesenjangan antara kaya dan miskin, serta biaya medis yang sangat mahal. Hal ini dikemukakan demonstran yang menuntut pengunduran diri Presiden Sebastian Pinera.
Pinera mengadakan pembicaraan dengan partai-partai oposisi pekan lalu, tetapi mereka mengatakan dia gagal meyakinkan mereka bahwa memiliki keinginan untuk membuat perubahan yang diperlukan untuk menenangkan protes.
Jaksa mengatakan 20 orang tewas dalam kerusuhan sejak protes dimulai pada 20 Oktober. Sebuah misi HAM PBB sedang menyelidiki tuduhan kebrutalan polisi. Kini jumlahnya kian bertambah.
Pinera mencoba untuk menindak kerusuhan di minggu pertama tetapi tawaran itu menjadi bumerang. Dia terpaksa membatalkan hosting dua KTT internasional utama termasuk pertemuan iklim COP karena kerusuhan.
Para pengunjuk rasa mengorganisir aksi unjuk rasa pada Senin di bawah slogan "Ini belum berakhir." Beberapa warga kembali bekerja meskipun ada perusakan yang merusak jaringan kereta bawah tanah.