Rusak Parah Akibat Gempa, Hanya 20 Persen Sekolah di Puerto Rico yang Dibuka Kembali

Puerto Rico hanya membuka 20% sekolah negeri setelah gempa bumi kuat yang melanda pulau itu pada 7 Januari lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jan 2020, 17:24 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2020, 17:24 WIB
Orang-orang melewati sebuah rumah yang rusak oleh gempa bumi di Guanica, Puerto Rico.
Orang-orang melewati sebuah rumah yang rusak oleh gempa bumi di Guanica, Puerto Rico. (source: AFP/Ricardo Arduengo)

Liputan6.com, San Juan - Puerto Rico hanya membuka 20% sekolah negeri pada Selasa, setelah diguncang gempa yang menunda dimulainya kelas hampir tiga minggu. Penundaan ini juga dikarenakan adanya kekhawatiran terkait keselamatan para siswa.

Hanya 177 sekolah yang disertifikasi untuk dibuka setelah para insinyur memeriksa kerusakan yang disebabkan oleh gempa bermagnitudo 6,4 dan menewaskan satu orang serta merusak ratusan rumah pada 7 Januari.

Selain bangunan sekolah yang terkena dampak kerusakan, gempa ini juga menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada tempat lain, seperti bangunan rumah hancur, batu karang terkenal runtuh, listrik padam, dan tanah longsor.

Sejak gempa magnitudo 6,4, ada beberapa gempa susulan yang kuat, termasuk gempa berkekuatan 5,9 yang melanda 11 Januari dan 5,0 yang melanda pada Sabtu lalu. Gempa dengan guncangan besar itu meratakan dua lantai paling atas sekolah bertingkat tiga di kota pantai selatan Guánica pada 7 Januari.

Secara keseluruhan, para ahli mengatakan bahwa sekitar 500 sekolah umum di Puerto Rico dibangun sebelum 1987 dan tidak memenuhi kode konstruksi baru. Sebuah rencana untuk memperbaiki semua sekolah yang membutuhkannya, diperkirakan 756 bangunan yang akan memakan biaya hingga Rp 24 triliun.

Namun, inspeksi itu tidak digunakan untuk menentukan apakah sebuah sekolah dapat tahan terhadap gempa kuat lainnya atau memiliki kekurangan struktural.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dilakukan Pemeriksaan Menyeluruh

Penghuni panti jompo duduk di luarnya setelah mereka dievakuasi akibat gempa di Ponce, Puerto Rico, 7 Januari 2020.
Penghuni panti jompo duduk di luarnya setelah mereka dievakuasi akibat gempa di Ponce, Puerto Rico, 7 Januari 2020. (source: AP/Carlos Giusti)

 

Meskipun timbul kekhawatiran, direktur sekolah, Elisa Delgado, percaya para insinyur melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap sekolah. Mengingat dengan dibangunnya pada awal 1900-an, mereka memperingatkan untuk tidak menggunakan pintu masuk utama dalam evakuasi karena mengarah ke daerah yang dipenuhi dengan saluran gas.

Secara keseluruhan, para insinyur telah memeriksa 561 dari 856 sekolah umum di pulau itu. Mereka mendapati setidaknya 50 sekolah sangat tidak aman untuk dibuka kembali dan menyebabkan sekitar 240.000 siswa tidak sekolah untuk saat ini.

Sekretaris Pendidikan, Eligio Hernández, mencatat bahwa 51 sekolah lain dijadwalkan memulai kelas pada 3 Februari, diikuti dengan departemen sekolahnya yang sedang meninjau rekomendasi tentang cara terbaik untuk melanjutkan dengan sekolah lain.

"Departemen pendidikan akan mengambil waktu yang dibutuhkan dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan sehingga orang tua merasa puas," katanya kepada wartawan pada Senin.

Gubernur Wanda Vazquez mengatakan bahwa pemerintahannya masih berusaha menemukan opsi yang sesuai untuk sekitar 28.000 siswa yang tidak dapat kembali ke sekolah.

Sekolah Adalah Tempat Aman Bagi Anak-Anak

Rumah-rumah rusak setelah gempa bumi melanda Guanica, Puerto Rico, Selasa, 7 Januari 2020.
Rumah-rumah yang rusak setelah gempa bumi melanda Guanica, Puerto Rico, Selasa, 7 Januari 2020. (source: AP/Carlos Giusti)

Sementara itu, Elba Aponte, pemimpin Asosiasi Guru Puerto Rico, mengatakan bahwa ia telah menerima keluhan dan gambar dari orang tua dan karyawan sekolah dari setidaknya 10 sekolah yang telah dibuka kembali tetapi mereka merasa masih tidak aman. Sebagian besar gambar adalah retakan di dinding dan atap sekolah-sekolah itu, katanya.

Sementara itu, pemimpin sekolah dan pemerintah sedang berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan dengan sekitar 240.000 siswa yang masih belum bisa bersekolah, baik karena bangunan mereka dianggap tidak aman maupun belum diperiksa. 

Pilihannya termasuk menempatkan siswa di sekolah lain dengan jadwal yang direvisi, mengadakan kelas di trailer yang diperbaharui atau di luar ruangan di bawah terpal.

Disampaikan oleh Aponte bahwa hal ini mengerikan, karena jika ada satu tempat di mana anak-anak merasa aman, jawabannya adalah di sekolah. Sementara dalam waktu dekat ini, tidak ada sekolah di wilayah selatan dan barat daya pulau itu yang akan dibuka kembali.

 

Reporter: Jihan Fairuzzia 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya