Jika Dievakuasi, WNI dari Pusat Wabah Virus Corona Wuhan Setuju Dikarantina

WNI yang terjebak di pusat wabah Virus Corona Wuhan bersedia untuk melalui proses karantina setibanya di Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 31 Jan 2020, 14:58 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2020, 14:58 WIB
Orang-orang berjalan melewati Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona.
Orang-orang berjalan melewati Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta - WNI yang saat ini terjebak di Wuhan, China, bersedia untuk melalui proses karantina. Proses ini mirip yang sudah dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Singapura.

Eva Taibe, mahasiswi dari Central China Central University, menyebut karantina memang diperlukan untuk kebaikan semua pihak. Anggota PPI Tiongkok di Wuhan mengaku tidak keberatan jika ada kebijakan tersebut.

"Kami sangat setuju dikarantina karena memang harus, karena ini untuk keselamatan keluarga kita di Indonesia," ujar Eva kepada Liputan6.com, Jumat (31/1/2020).

"Jadi secara personal saya tak keberatan dan dari teman-teman lain tak keberatan," lanjutnya.

Hingga kini, PPI Tiongkok di Wuhan masih belum mengetahui teknis evakuasi. Eva menyebut proses dalam koordinasi masih dalan tahap koordinasi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sedang rapat dengan utusan pemerintah China. Eva pun berharap ada kabar positif dari pertemuan itu.

"Kami semua hanya ingin kembali ke Tanah Air," pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penjelasan Pemerintah Indonesia

Mahasiswa Indonesia di Wuhan pergi berbelanja kebutuhan pokok hari ini.
Mahasiswa Indonesia di Wuhan pergi berbelanja kebutuhan pokok hari ini. (Dokumentasi KBRI Beijing)

Jepang dan Amerika Serikat (AS) sudah berhasil menjemput warga-warganya di Wuhan, China. AS hanya fokus menyelematkan diplomatnya, tetapi Jepang berusaha menjemput semua warganya. 

Pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia berkata tiap negara memiliki tantangan masing-masing dalam menyelamatkan warganya. Misalnya, AS lebih mudah melakukan evakuasi karena mayoritas yang dijemput berada di satu daerah.

"Amerika fokusnya untuk mengeluarkan korps diplomatik mereka yg bertugas di Wuhan. Dengan demikan, dari sisi lokasi, dan konsentrasi masyarakat mereka di satu tempat. Dengan demikan, pemindahan mereka dari wilayah terdampak, jadi lebih mudah sebetulnya," ujar Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah di Jakarta pada Kamis (30/1/2020). 

Indonesia pun mengaku akan belajar dari pengalaman AS dan Jepang untuk menjemput para WNI yang terjebak di Wuhan dan sudah memohon untuk dipulangkan.

"Justru dari pengalaman pemulangan Amerika dan Jepang, kita bisa belajar pengalaman mereka mengekstraksi masyarakat mereka dari wilayah terdampak. Mudah-mudahan dari pengalaman itu, saat nanti kita melakukan pemulangan, maka menjadi lebih efisien dan efektif dalam pelaksanaannya," jelas Faizasyah.

Sebelumnya, pemerintah menyebut tidak bisa melakukan evakuasi karena ada lockdown, tetapi makin banyak negara yang bisa melakukan evakuasi di Wuhan.

Singapura berhasil memulangkan 92 warganya di Wuhan. Korea Selatan sudah menyiapkan pesawat untuk berangkat pada hari ini, namun ada penundaan. Media Korsel Hanykoreh melaporkan bahwa penundaan tak sampai satu hari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya