Loyalis Ayatollah Khamenei Unggul di Pemilu Legislatif Iran

Loyalis Ayatollah Ali Khamenei diprediksi menguasai parlemen Iran.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Feb 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2020, 18:35 WIB
Khamenei Kutbah Idul Fitri Sambil Bawa Senapan
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membawa senapan saat menyampaikan kutbah Idul Fitri di Imam Khomeini Mausoleum, Teheran, Rabu (5/6/2019). Khamenei menyinggung inisiatif perdamaian Palestina-Israel yang digagas Presiden AS Donald Trump. (HO/Iranian Supreme Leader's Website/AFP)

Liputan6.com, Tehran - Iran baru saja melaksanakan pemilu legislatif pada Jumat, 21 Februari 2020 kemarin. Sekutu garis keras pemimpin tertinggi Iran diproyeksi menjadi mayoritas di parlemen.

Dilaporkan Arab News, Sabtu (22/2/2020), Kementerian Dalam Negeri Iran menyampaikan bahwa loyalis Ayatollah unggul di pileg ini. Pada hasil awal, ada 42 politisi yang dipastikan lolos ke parlemen, mayoritasnya adalah pendukung Ayatollah.

Abbas Kadkhodai dari Guardian Council di Iran menyebut jumlah pemilih akan sekitar 50 persen. Angka itu dianggapnya sebagai pencapaian yang mengecewakan musuh-musuh Iran.

Guardian Council bertugas memilih kandidat yang bisa maju pileg. Dari 14 ribu pendaftar, ada 6.850 yang tak boleh ikut kontestasi yang berjalan tiap empat tahun ini.

Namun, tercatat pemilih di pileg Iran merosot sejak 2012. Pada 2012 dan 2016 masing-masing ada 62 dan 66 persen pemilih.

Presiden Iran Hassan Rouhani berkata sebelumnya bahwa pileg ini amatlah penting bagi Iran sebagai momen persatuan. Ia mengklaim kandidat yang maju berasal dari berbagai latar.

Awal tahun ini, Iran tersandung masalah salah tembak pesawat Ukraina dan Iran awalnya tak mengakui itu. Kecaman dari masyarakat internasional pun mengalir deras dan Iran meminta maaf.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Presiden Iran Hassan Rouhani Akan Kunjungi Indonesia Tahun Ini

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Tahun ini Indonesia sepertinya bakal kedatangan banyak tamu dari luar negeri. Presiden Rusia Vladimir Putin direncanakan akan datang ke Indonesia tahun ini, Vatikan juga telah menerima undangan agar Paus Fransiskus datang ke Tanah Air. 

Terbaru, Presiden Iran Hassan Rouhani dikabarkan akan kembali datang ke Indonesia tahun ini. Pihak Iran mengaku tinggal menunggu kepastian dari pihak Indonesia. Kabar ini disampaikan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mohammad Azad. 

"Presiden saya akan datang ke sini, jadi apabila sudah ada kesiapan dari pihak Indonesia, presiden saya akan datang," ujar Azad pada awal Februari kemarin.

Ia berharap jadwal kedatangan Presiden Rouhani ke Indonesia akan berlangsung tahun ini dalam rangka merayakan 70 tahun hubungan bilateral antara Iran dan Indonesia.

Sebelumnya, Presiden Rouhani pernah ke Indonesia pada 2015 lalu. Presiden Jokowi juga telah berkunjung ke Iran pada 2016. 

Presiden Joko Widodo sedang berfokus pada ekonomi dalam hubungan luar negeri. Dubes Azad berkata nilai perdagangan antara Indonesia dan Iran sudah melampaui USD 1 miliar. 

Interaksi ekonomi antara Iran dan Indonesia juga terus berlanjut dengan pengiriman delegasi dari kalangan pengusaha. Dubes Iran mengapresiasi komitmen untuk saling berinteraksi tersebut.

Pihak Iran menyebut membutuhkan minyak sawit dan sebaliknya mereka dapat menyediakan migas. Dubes Azad mendukung adanya kerja sama gotong royong antar kedua negara. 

"Contohnya kalian memiliki banyak minyak sawit, kami ingin minyak sawit dari Indonesia," ujarnya. "Dan kalian ingin punya minyak dan gas dan beberapa hal lain, jadi kami siap bekerja sama. Kami menawarkan proyek-proyek besar," lanjut Dubes Azad. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya