Pusing hingga Muntah, Ternyata Cacing Pita Bersarang 10 Tahun di Otak Pria Ini

Dokter melakukan pemindaian MRI pada otak pria itu dan menemukan cacing pita yang membuat kepala lelaki itu selalu sakit. Cacing pita itu berukuran lima sentimeter.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2020, 18:35 WIB
Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Liputan6.com, Texas - Cacing pita berukuran 5 sentimeter bersarang di otak pria bernama Gerald asal Texas. 

Gerard sempat mengunjungi dokternya setelah mengalami sakit kepala yang sangat parah sampai menyebabkan muntah.

Dokter di Ascension Seton Medical Center melakukan pemindaian MRI pada otak pria itu, dan mengungkapkan bahwa sumber dari sakit kepalanya adalah cacing pita besar.

Dilansir Mirror, Selasa (25/2/2020), cacing pita Taenia Solium yang panjangnya sekitar 5 sentimeter, menunjukkan bahwa ia telah hidup di otak Gerard selama setidaknya satu dekade.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Berasal dari Makanan

20151109-Ilustrasi-Cacing-Pita-iStockphoto
Ilustrasi Cacing Pita (iStockphoto)

Para dokter percaya bahwa Gerard kemungkinan mendapat cacing pita dari makanan yang terkontaminasi dengan telur cacing pita.

Untungnya, dokter dapat melakukan operasi pada Gerard untuk menghilangkan cacing pita tersebut, meskipun mereka sempat memperingatkan bahwa hidup dengan cacing pita selama beberapa tahun adalah hal yang berbahaya.

Yang lebih mengkhawatirkan, jika tidak diobati, cacing pita di otak dapat menyebabkan infeksi parasit yang disebut neurocysticercosis, dan dapat menyebabkan kejang.

Seribu Kasus Didiagnosis di AS Setiap Tahun

Stres - sakit kepala - lelah (iStock)
Ilustrasi stres - sakit kepala - lelah (iStockphoto)

Berbicara kepada IFLScience, Dr Jordan Amadio, yang melakukan operasi pada Gerard, menjelaskan, "Seribu kasus neurocysticercosis didiagnosis di AS setiap tahun, menurut literatur, tetapi hanya sebagian kecil yang memerlukan operasi otak."

"Untuk hadir sebagai pasien darurat bedah dengan sekelompok larva di dekat batang otak, dan kemudian disembuhkan dengan operasi, jarang terjadi."

Setelah operasi, Gerard sekarang bisa kembali bekerja dan pulih dengan baik.

Dr Amadio menambahkan bahwa ia selalu merasa terinspirasi setelah dapat menghilangkan lesi berbahaya dari otak pasien dan melihat hasil yang sangat baik.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya