Kisah Warga Hindu Dilindungi Tetangga Muslim Saat Kerusuhan di India

Kerusuhan berdarah terjadi di Khajoori Khas, Delhi, India, pada 25 Februari.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mar 2020, 20:40 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2020, 20:40 WIB
Petugas keamanan India menjaga Masjid Babri di Ayodhya, menutup situs yang disengketakan yang diklaim oleh umat Muslim dan Hindu.
Petugas keamanan India menjaga Masjid Babri di Ayodhya, menutup situs yang disengketakan yang diklaim oleh umat Muslim dan Hindu. (Source: AP)

Liputan6.com, Delhi - Sore itu, Harsh Singh sendirian di rumahnya, ketika kerusuhan pecah beberapa meter dari rumahnya di Khajoori Khas, Delhi, India, pada 25 Februari. Para tetangga nya yang Muslim kemudian memaksa pemuda 17 tahun itu tetap di dalam rumah agar aman.

Saat mendengar keributan di jalan, pelajar Kelas X itu lari ke luar rumah.

"Saya berdiri di luar ketika saya temukan orang saling melempar batu. Bhabi (panggilan untuk kakak ipar perempuan) dan Wahab bhai (panggilan untuk saudara laki-laki) datang dan meminta saya masuk ke dalam rumah dan juga mengatakan bahwa saya harus memberi tahu mereka jika ada masalah," jelasnya, merujuk pada tetangga-tetangganya yang Muslim, seperti dikutip dari The Hindu, Rabu (4/3/2020).

Ayah Harsh, Satpal Singh adalah seorang sopir di Perusahaan Transportasi Delhi dan sedang bekerja saat kerusuhan terjadi. Ibunya, Sheela Devi pergi ke rumah ibunya untuk menghadiri pernikahan.

"Ayah saya tahu tentang situasi itu dan menelpon Mamu (Wahab) dan memintanya agar menjagaku," kisahnya.

Para tetangganya yang Muslim khawatir apakah Harsh lapar karena ibunya sedang tak di rumah.

"Saya tidak takut. Saya tinggal di sini sejak lahir. Mereka (tetangga Muslim) memperlakukan saya seperti anak mereka sendiri," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Saling Melindungi

Muslim di daerah Mustafabad, Delhi
Muslim di daerah Mustafabad, Delhi, salat Jumat di sebuah masjid menyusul kerusuhan sektarian atas undang-undang kewarganegaraan baru India. (Liputan6/AFP)

Seorang warga Hindu lainnya, Rahul Kumar (25) mengisahkan bagaimana para tetangganya melindunginya dan memastikan keluarganya aman.

"Pada Selasa pagi, tetangga saya Iqrar bhai datang dan mengatakan, 'Kita telah bersama-sama sejak kecil. Kamu tak perlu takut. Beri tahu kami jika ada masalah'," ceritanya.

Rahul Kumar baru saja menjadi seorang ayah. Untuk belanja kebutuhan bayinya, tetangganya bersedia menolongnya.

Di seberang jalan, di wilayah Khajoori Khas yang mayoritas warganya Hindu, tinggal Anjum (48). Dia mengatakan tiga putranya tak berangkat kerja selama tiga hari saat kerusuhan dan hanya diam di dalam rumah.

Keluarga Anjum adalah satu-satunya keluarga Muslim di lingkungan itu dan mengaku merasa aman kendati semua tetangganya Hindu. Tetangganya, Balvinder Singh mengatakan kepada keluarganya agar tak perlu cemas saat kerusuhan pecah.

"Dia (Balvinder Singh) datang dan mengatakan kepada kami tak perlu takut dan tak ada satu pun warga dari lingkungan kami akan melukai keluarga kami. Tapi kami yakin bagaimana reaksi orang-orang di sini jika orang luar datang dan menyerang kami," jelasnya.

Pemicu Kerusuhan

Suasana Pemakaman Korban Kerusuhan Komunal di India
Sejumlah orang menggotong jenazah korban kerusuhan yang akan dimakamkan di New Delhi, India, Sabtu (29/2/2020). Jumlah korban tewas dalam aksi kekerasan komunal di New Delhi bertambah menjadi 42 orang. (Xinhua/Javed Dar)

Kerusuhan dipicu bentrokan pengunjuk rasa yang menentang UU Kewarganegaraan Baru yang diskriminatif terhadap warga Muslim dengan pendukung UU ini. Memanasnya situasi ini juga disulut pidato hasutan politikus dari partai sayap kanan.

Kerusuhan tiga hari ini disebut sebagai kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir di India. Korban jiwa pun berjatuhan dan data terakhir menyebutkan 42 orang tewas.

Tak hanya menelan korban jiwa, kerusuhan berdarah itu juga menghancurkan sejumlah fasilitas publik. Massa membakar bangunan seperti masjid, sekolah, rumah, pabrik, dan toko.

Menurut data resmi, ratusan bangunan rusak di antaranya 79 unit rumah, 52 toko, dua sekolah, tiga pabrik, dan empat masjid dibakar.

Dikutip dari Sputnik News, pejabat senior pemadam kebakaran mencatat ada 25 panggilan yang melaporkan kendaraan terbakar, dan lebih dari 500 mobil, truk dan bus dirusak.

Diperkirakan 218 panggilan melaporkan insiden kebakaran di Delhi timur laut yang dilanda kerusuhan antara Senin dan Kamis.

Menurut pejabat senior pemadam kebakaran, para petugas pemadam kebakaran kesulitan mencapai lokasi yang terkena dampak, dalam banyak kasus hanya dimungkinkan melalui dukungan dari petugas polisi.

"Sebanyak 1.000 perjalanan dilakukan di seluruh wilayah distrik timur laut oleh kendaraan pemadam kebakaran kami. Selama kekerasan, lima mobil pemadam kebakaran rusak, termasuk satu yang benar-benar hangus. Beberapa petugas pemadam kebakaran bahkan harus berlindung untuk menyelamatkan diri setelah kendaraan diserang," jelasnya.

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya