Pandemi Virus Corona COVID-19, 50 Toko Retail Uniqlo di AS Tutup

Uniqlo di AS memilih tutup toko saat pandemi Virus Corona COVID-19. Sampai kapan?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Mar 2020, 07:37 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2020, 07:37 WIB
[Fimela] Uniqlo dan JW Anderson Spring/Summer 2020
Uniqlo dan JW Anderson Spring/Summer 2020 | dok. FAME74

Liputan6.com, Jakarta - Toko pakaian Uniqlo akan menutup seluruh tokonya di Amerika Serikat (AS). Penyebabnya tak lain pandemi Virus Corona (COVID-19).

Keputusan ini diumumkan oleh Fast Retailing Co. yang merupakan induk Uniqlo di Jepang. Perusahaan tak menjelaskan kapan toko akan kembali buka, demikian laporan Kyodo, Selasa (17/3/2020).

Ada total 50 toko Uniqlo di seluruh AS yang berlokasi di berbagai negara bagian, seperti New York, Hawaii, California, Florida, Maryland, dan Washington.

Sebanyak 27 toko Uniqlo di Eropa sudah tutup dan sekitar 350 toko di China juga sempat tutup. Namun, toko yang berada di luar Provinsi Hubei sudah mulai beroperasi lagi.

Pihak Fast Retaling Co. berkata akan terus memantau situasi bersama otoritas kesehatan AS. Saat ini, AS memang sedang mendorong karantina bagi masyarakatnya.

Tak hanya toko, perpustakaan, museum, dan tempat konser di AS juga mulai tutup. New York Public Library sudah tutup sejak pekan lalu, Metropolitan Museum of Art, Museum Guggenheim, hingga Carnegie Hall juga menerapkan hal serupa.

Pemilik Uniqlo adalah miliarder Tadashi Yanai yang merupakan CEO Fast Retailing. Ia adalah satu orang terkaya di Jepang. Saham Fast Retailing di bursa Tokyo terus merosot sejak pertengahan Februari lalu ketika wabah Virus Corona COVID-19 mengganas.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gedung Putih Sebut Milenial Jadi Kunci Kalahkan Virus Corona COVID-19

Kisah Pekerja Medis China di Tengah Ancaman Virus Corona
Pekerja medis berpakaian pelindung menulis pada sebuah tabung setelah mengumpulkan sampel untuk tes asam nukleat dari pasien yang diduga terinfeksi virus corona di hotel yang digunakan dalam isolasi medis virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Selasa (4/2/2020). (Chinatopix via AP)

Generasi milenial menjadi kunci mengalahkan epidemi Virus Corona (COVID-19) karena bisa meningkatkan awareness melalui teknologi dan kreativitas. Milenial pun bisa membantu pekerja medis dengan cara berbagi informasi agar masyarakat tak keluar rumah.

Pandangan itu diungkap oleh Deborah Birx yang menjabat sebagai Koordinator Respons Virus Corona di Gedung Putih. 

"Mereka adalah grup inti yang akan menghentikan virus ini," ujar dokter Birx dalam konferensi pers di Gedung Putih seperti dikutip Selasa (17/3/2020).

Birx menyebut generasi milenial sebagai "kunci" karena generasi milenial sekarang adalah yang terbesar serta paling sering beraktivitas. Dia lantas mengapresiasi milenial yang memilih menggunakan teknologi untuk urusan komunikasi, sebab saat ini penting bagi masyarakat untuk karantina.

Birx turut mengakui bahwa milenial bisa menolong tenaga kesehatan dengan menyebarkan pesan terkait Virus Corona secara tepat sasaran.

"Pekerja kesehatan masyarakat seperti saya tidak selalu mampu membuat pesan yang seru dan menggugah yang menarik bagi orang berusia 25 sampai 35 tahun. Tetapi, milenial bisa berbicara dengan satu sama lain mengenai betapa pentingnya untuk melindungi masyarakat saat ini," jelas Deborah Birx.

Pesan yang Birx tekankan adalah pentingnya bagi masyarakat untuk tetap di rumah, sebab Virus Corona bisa menular meski tak ada gejala. Apabila ada orang yang keluarganya positif Virus Corona COVID-19, Birx turut meminta agar anggota keluarganya sadar untuk karantina di rumah.

Birx yakin melonjaknya Virus Corona bisa dijinakan melalui langkah karantina diri. Ini terutama penting bagi lansia yang rentan terhadap COVID-19.

"Bagi populasi lansia dan mereka yang punya penyakit sebelumnya, semua orang di rumah itu harus fokus melindungi mereka," tegas Birx.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya