Prancis Perpanjang Lockdown Akibat Pandemi Corona COVID-19 hingga Awal Mei

Presiden Prancis Emmanuel Macron meneruskan lockdown karena Virus Corona (COVID-19) dianggap belum jinak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 14 Apr 2020, 10:16 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 06:05 WIB
FOTO: Prancis Kerahkan Kereta Kecepatan Tinggi Evakuasi Pasien Corona COVID-19
Petugas medis membawa pasien virus corona COVID-19 di Stasiun Gare d'Austerlitz di Paris, Prancis, Rabu (1/4/2020). Pasien COVID-19 dievakuasi menggunakan kereta kecepatan tinggi dari rumah sakit di Paris ke rumah sakit di Brittany dimana kasus tersebut masih terbatas. (Thomas SAMSON/AFP/POOL)

Liputan6.com, Paris - Pemerintah Prancis memperpanjang lockdown hingga 11 Mei mendatang karena korban Virus Corona (COVID-19) masih banyak. Presiden Emmanuel Macron berkata upaya itu juga ampuh meredam penyebaran virus tersebut.

Prancis masuk periode lockdown pada pertengahan Maret lalu. Aktivitas warga dibatasi dan mereka hanya boleh keluar rumah dengan jarak 1 kilometer saja.

"Epidemi ini mulai melambat. Hasilnya sudah terlihat," ujar Presiden Macron seperti dilansir France24, Selasa (14/4/2020). "Terima kasih atas usaha-usaha kalian, tiap hari kita membuat kemajuan."

Macron mengakui negaranya tidak bersiap sejak awal untuk krisis Corona jenis baru ini. Ia berkata akan ada konsekuensi akibat hal tersebut.

Prancis kini berada dalam minggu keempat lockdown akibat Virus Corona COVID-19. Oleh karena lockdown diperpanjang, maka totalnya masa itu selama dua bulan, meski prosesnya tidak seketat di Wuhan.

Tingkat kematian akibat Virus Corona jenis baru di Paris dilaporkan mencapai ratusan orang per hari. Pada Senin lalu, Prancis melaporkan ada 574 kematian baru. Jumlah itu meningkat dari beberapa hari sebelumnya ketika jumlah kematian menurun ke 315.

Jumlah tersebut jauh lebih baik ketimbang pada 6 April lalu, ketika angka kematian mencapai 833 pasien sehingga lockdown terlihat ada hasilnya.

Total kematian akibat Virus Corona jenis baru di Prancis kini ada 14.393 orang. 6.845 di antaranya berada dalam perawatan intensif. Secara keseluruhan ada 137.875 kasus di negara tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

6 April Jadi Paling Mematikan

Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin peringatan 100 tahun berakhirnya gencatan senjata Perang Dunia I di Paris, 11 November 2018. (AP/Thibault Camus)
Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin peringatan 100 tahun berakhirnya gencatan senjata Perang Dunia I di Paris, 11 November 2018. (AP/Thibault Camus)

Prancis mencatat hari paling mematikan di negara mereka pada epidemi virus Corona COVID-19. Tercatat, 833 orang meninggal dalam 24 jam pada Senin, 6 April.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Véran berkata bahwa kasus negaranya masih belum mencapai puncaknya, meski korban sangat tinggi. Total kematian di Prancis sudah mencapai 8.911 nyawa. 

"Kita belum mencapai akhir dari menanjaknya epidemi ini," ujar Menteri Véran seperti dikutip France24 sepekan lalu.

"Ini masih belum berakhir. Jauh dari itu. Jalannya panjang. Angka yang saya umumkan menunjukkan hal tersebut," lanjut Menkes Prancis yang meminta masyarakat tetap di rumah saja.

Prancis sudah melakukan lockdown akibat Virus Corona sejak 17 Maret lalu. Jam keluar masyarakat untuk olahraga atau beraktivitas luar rumah dibatasi satu jam saja dan polisi bisa aktif mengecek waktu aktivitas warga.

Pekerja juga diminta untuk work from home, penumpang angkutan umum harus saling memberi jarak, dan warga tak boleh mengunjungi keluarga apabila tidak penting.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya