Kenang Korban Penembakan di Nova Scotia, Warga Kanada Gelar Doa Virtual

Di tengah pandemi Corona COVID-19, pembatasan masih berlaku. Sehingga proses mengirimkan doa bagi korban penembakan di Kanada dilakukan dengan cara virtual tak seperti biasa mendatangi TKP tragedi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Apr 2020, 10:54 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 10:24 WIB
10 Orang Tewas Akibat Penembakan Mematikan di Kanada
Petugas Polisi Mounted Royal Kanada mengelilingi seorang tersangka di sebuah pom bensin di Enfield, Nova Scotia, Minggu (19/4/2020). Kejadian ini menjadi aksi pembunuhan mematikan terburuk di negara itu dalam 30 tahun terakhir. (Tim Krochak/The Canadian Press via AP)

Liputan6.com, Nova Scotia - Untuk mengenang korban penembakan di Nova Scotia pada Senin 20 April 2020, doa massal akan digelar secara virtual oleh warga Kanada pada minggu ini.

Sekitar 18 orang korban dilaporkan meninggal dunia dalam insiden penembakan yang tejadi di Nova Scotia, Kanada demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (21/4/2020).

Di tengah pandemi Corona COVID-19, pembatasan masih berlaku. Sehingga proses mengirimkan doa yang dilakukan secara berkumpul tidak bisa dilakukan dan sebagai gantinya dengan cara virtual.

18 orang dilaporkan meninggal dunia. Salah satunya adalah seorang polisi wanita bernama Heidi Stevenson yang kala itu sedang bertugas.

"Polisi Stevenson meninggal karena melindungi orang lain, dia menjawab panggilan tugas, sesuatu yang telah dia lakukan dengan RCMP selama 23 tahun," Perdana Menteri Justin Trudeau.

"Dengan keberanian dan belas kasih yang tak tergoyahkan, RCMP berpatroli di jalan-jalan ini untuk menjaga kita tetap aman."

Jenny Kierstead mengkonfirmasi di Facebook bahwa saudara perempuannya, Lisa McCully, seorang ibu dari dua anak, juga merupakan salah satu korban.

McCully pernah menjadi guru sekolah di Sekolah Dasar Debert, Kanada menurut situs web sekolah.

"Hati kami hancur hari ini ketika mendengar kabar tersebut dan berusaha menerima kehilangan saudara perempuan saya, Lisa McCully, yang merupakan salah satu korban penembakan massal di Portapique tadi malam," tulisnya di Facebook.

"Belasungkawa kami sampaikan kepada anggota keluarga lainnya yang terkena dampak tragedi ini. Terima kasih atas dukungan Anda, ini hari yang sulit."

Selain doa massal, upaya untuk menggalang dana juga dilakukan. Penggalangan dana secara online ini telah diatur guna membayar biaya pemakaman sejumlah korban.

Simak video pilihan berikut:

Pelaku Tewas

Polisi federal Kanada mengatakan tersangka ditemukan tewas setelah perburuan selama berjam-jam.
Polisi federal Kanada mengatakan tersangka ditemukan tewas setelah perburuan selama berjam-jam. (Tim Krochak / The Canadian Press via AP)

Otoritas di Kanada menyatakan bahwa aksi ini merupakan insiden pembunuhan massal yang terparah sejak 30 tahun terakhir.

Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengatakan pria bersenjata itu adalah Gabriel Wortman (51) yang bekerja sebagai denturist yang mendampingi dokter gigi.

Pria ini disebutkan muncul dengan seragam polisi. Dia juga dengan susah payah membuat mobilnya agar terlihat seperti mobil polisi sungguhan saat melakukan aksi.

Wortman menembak orang di beberapa lokasi di seluruh lokasi kejadian, kata polisi dalam sebuah pengarahan, mengatakan jumlah korban tewas lebih dari 10 -- pada awal laporannya.

Polisi menambahkan mereka telah mengakhiri ancaman yang ditimbulkan oleh Wortman. Namun polisi tak menjelaskan apakah pelaku ditembak di lokasi kejadian atau menembak dirinya sendiri.

Pelaku kemudian disebutkan ditemukan dalam kondisi tewas.

Polisi mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara Wortman dan setidaknya beberapa korbannya. Mereka mengatakan mereka tidak tahu apa motivasinya.

"Hari ini adalah hari yang menghancurkan bagi Nova Scotia, dan akan tetap terukir di benak selama bertahun-tahun mendatang," Lee Bergerman, komandan RCMP di Nova Scotia, mengatakan kepada wartawan. Polisi wanita yang terbunuh adalah seorang perwira RCMP.

Pembantaian itu adalah yang terburuk di Kanada sejak seorang pria bersenjata membunuh 15 wanita di Montreal pada Desember 1989.

Penembakan massal relatif jarang terjadi di Kanada, lantaran memiliki undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat daripada Amerika Serikat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya