Bintang Kuno Tertua di Alam Semesta Ditemukan

Temuan terbaru astronom Australia pada Bintang yang pecahkan rekor karena hampir setua alam semesta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Mei 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2020, 18:35 WIB
Antariksa
Foto angkasa luar yang ditangkap oleh teleskop angkasa luar milik NASA, Hubble. (ESA/Hubble/NASA/RELICS)

Liputan6.com, Jakarta- Bintang kuno lain telah ditemukan di Bima Sakti. Bintang raksasa merah ini bernama SMSS J160540.18-144323.1.

Bintang tersebut ditemukan memiliki kadar zat besi terendah dari bintang mana pun yang belum dianalisis di galaksi, dengan jarak sekitar 35.000 tahun cahaya jauhnya.

Ini berarti bahwa bintang tersebut adalah salah satu bintang tertua di semesta, yang mungkin merupakan generasi kedua bintang setelah semesta muncul 13,8 miliar tahun lalu.

Astronom Thomas Nordlander dari ARC Centre of Excellence for All Sky Astrophysics in 3 Dimensions dan Australian National University, menjelaskan, "bintang yang sangat anemia ini, kemungkinan terbentuk hanya beberapa ratus juta tahun setelah ledakan besar, memiliki tingkat zat besi 1,5 juta kali lebih rendah daripada Matahari."

Dan itulah bagaimana kita dapat mengetahui usia bintang itu, karena alam semesta purba tidak memiliki logam sama sekali. Bintang-bintang pertama terutama terdiri dari hidrogen dan helium, dan dianggap sangat masif, sangat panas, dan berumur pendek.

Bintang-bintang ini disebut Populasi III, dan kami belum pernah melihatnya, tambah Thomas, seperti dikutip dari Science Alert, Senin, (18/5/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Mungkin Tidak Akan Bertahan Lama

Galaksi Bertabrakan
Dua galaksi bertabrakan. Momen ini direkam oleh teleskop angkasa luar Hubble milik NASA. (Adamo et al., ESA/NASA)

Tidak mungkin bintang Populasi III bertahan cukup lama bagi kita untuk mempelajarinya. Namun melalui bintang-bintang setelahnya, kisah mereka dapat terurai.

Para peneliti percaya bahwa bintang yang memberi SMS J160540.18-144323.1 zat besinya, relatif rendah untuk Semesta awal, hanya sekitar 10 kali massa Matahari. Tim peneliti yakin bahwa ini cukup besar untuk menghasilkan bintang neutron; dan, setelah supernova yang relatif lemah.

Cukup banyak zat besi yang lolos sehingga dapat masuk ke dalam pembentukan SMSS J160540.18–144323.1. Namun, bintang ini sekarat.

Bintang ini adalah raksasa merah, yang berarti bintang tersebut berada di akhir masa hidupnya, dan menggunakan hidrogen terakhirnya sebelum beralih ke fusi helium.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya