Liputan6.com, Amsterdam - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte tidak bisa mengunjungi ibunya yang berusia 96 tahun selama lebih dari delapan minggu hingga beberapa jam sebelum kematiannya bulan ini karena tindakan penguncian (lockdown) di Belanda.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (27/5/2020) Mieke Rutte-Dilling meninggal pada 13 Mei, kantor Rutte mengumumkan pada hari Senin. Dia tidak positif Corona, meskipun ada infeksi COVID-19 di panti jompo tempat dia tinggal.
Advertisement
Baca Juga
"Perdana menteri Belanda mematuhi semua tindakan pembatasan akibat Virus Corona dan tidak mengunjungi ibunya selama (lebih dari 8) minggu," kantor perdana menteri mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Namun langkah pembatasan meninggalkan ruang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anggota keluarga yang sekarat selama fase terakhir sudah tidak ada."
Rincian itu muncul di tengah kontroversi di Inggris tentang keputusan penasihat utama Perdana Menteri Boris Johnson, Dominic Cummings, soal aturan jarak hingga 400 km di London selama penguncian virus corona.
Cummings telah membela perjalanannya untuk tetap tinggal di pertanian keluarganya, dengan mengatakan tindakannya masuk akal dalam keadaan tersebut karena dia khawatir dia tidak akan memiliki pilihan penitipan anak jika dia dan istrinya mengontrak COVID-19.
Keputusannya untuk melakukan perjalanan selama kuncian telah memicu kemarahan beberapa pihak di Inggris, dan beberapa anggota parlemen dari partai Konservatif Johnson menuntut pemecatannya setelah pesan kemarahan dari para pemilih.
Simak video pilihan berikut:
Kesedihan PM Rutte
PM Rutte tak bisa mengunjungi ibunya sejak 20 Maret lalu ketika lockdown nursing home dimulai. Dalam pernyataannya, PM Rutte mengaku sedih tetapi bersyukur karena ibunya dapat panjang umur.
Mark Rutte adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Bapaknya, Izaäk, sempat masuk penjara Jepang di Batavia.
Hermina merupakan adik dari istri pertama Izaäk, yakni Petronella Dilling, yang wafat ketika berada dalam tahanan Jepang.
Advertisement