Kazakhstan Akan Lockdown Jilid II Akibat Lonjakan Kasus Corona COVID-19

Presiden Kazakhstan mengumumkan lockdown jilid II akibat kasus Virus Corona (COVID-19) yang melonjak tinggi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Jul 2020, 12:18 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2020, 12:18 WIB
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Dok: Twitter @TokayevKZ

Liputan6.com, Nur Sultan - Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengumumkan negaranya akan masuk ke lockdown jilid II pada pekan depan. Kasus Virus Corona (COVID-19) di negara itu terpantau melonjak tinggi dalam dua pekan terakhir.

Kazakhstan sebetulnya baru saja keluar dari masa darurat akibat Virus Corona COVID-19 pada Mei lalu. Selain itu, Presiden Tokayev berkata lockdown jilid II dapat diperpanjang.

"Pemerintah telah menyerahkan rencana karantina selama dua minggu dimulai pada 5 Juli (dengan kemungkinan perpanjangan)," ujar Presiden Tokayev via Twitter, Kamis (7/2/2020).

Presiden Tokayev juga telah memerintahkan Menteri Kesehatan Alexei Tso untuk menguraikan program itu secara detail.

Berdasarkan data CoronaTracker, total kasus Corona COVID-19 di Kazakhstan telah mencapai 41 ribu kasus. Total 25 ribu pasien sudah sembuh dan 188 meninggal dunia.

Yang jadi masalah adalah kasus di Kazakhstan meroket sejak 20 Juni. Waktu itu, kasus di negara itu masih berjumlah 16.351.

Kazakhstan juga baru saja mendapat bantuan kemanusiaan dari Rusia untuk melawan Corona COVID-19. Presiden Tokayev berkata bantuan dari Rusia berupa obat-obatan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Muncul Klaster Baru di Beijing, China Lockdown Setengah Juta Warganya

FOTO: Kendaraan Tes Mobile COVID-19 di China
Petugas medis mengambil sampel usap tenggorokan sejumlah warga dari sebuah kendaraan tes mobile yang baru diadopsi di Distrik Xicheng, Beijing, China, Minggu (28/6/2020). (Xinhua/Ju Huanzong)

Sebelumnya, China memberlakukan penguncian ketat pada hampir setengah juta orang di Provinsi Hebei sebagai upaya mengurangi penyebaran Virus Corona COVID-19 pada Minggu, 28 Juni 2020.

Kebijakan ini diterapkan setelah pihak berwenang memperingatkan wabah itu masih menjadi ancaman. Bisa semakin parah dan rumit, demikian dikutip dari laman Channel News Asia. 

Setelah China mengendalikan Corona COVID-19, ratusan orang telah terinfeksi di Beijing dan beberapa kasus muncul di provinsi tetangga, Hebei, dalam beberapa pekan terakhir.

Para pejabat kesehatan mengatakan, wilayah Anxin--sekitar 150 km dari Beijing--akan "sepenuhnya tertutup dan dikendalikan".

Langkah-langkah ketat itu sama dengan yang diterapkan pada puncak pandemi di Kota Wuhan awal tahun ini.

"Hanya satu orang dari setiap keluarga yang diizinkan keluar sehari sekali untuk membeli kebutuhan seperti makanan dan obat-obatan," kata satuan tugas pencegahan epidemi di kabupaten itu dalam sebuah pernyataan.

Langkah itu dilakukan setelah 14 kasus lain dari virus itu dilaporkan dalam 24 jam terakhir di Beijing, menjadikan totalnya 311 sejak pertengahan Juni dan memacu langkah tes bagi jutaan penduduk.

Wabah ini pertama kali terdeteksi di pasar makanan grosir Xinfadi Beijing yang luas, yang memasok banyak produk segar kota, memicu kekhawatiran atas keamanan rantai pasokan makanan.

"Hampir sepertiga dari kasus sejauh ini telah dikaitkan dengan satu bagian daging sapi dan kambing di pasar, di mana para pekerja harus dikarantina selama sebulan," kata pejabat kota.

Sekitar 12 kasus Virus Corona ditemukan di county--termasuk 11 yang terkait dengan Xinfadi. Kasus-kasus baru di Beijing telah memicu kekhawatiran akan kebangkitan virus di China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya