Liputan6.com, Jakarta - Angka kepercayaan terhadap Donald Trump untuk melakukan hal baik bagi dunia semakin menurun. Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Hubungan Internasional CSIS Indonesia Shafiah F. Muhibat.
"Banyak sekali survei yang sudah melakukan ini. Mengenai kepercayaan terhadap Trump dalam hal melakukan hal baik bagi dunia. Hasilnya, kepercayaan yang sebelumnya ada semakin menurun di berbagai negara. Kebijakan dari Trump juga dinilai tidak memberi dampak yang positif bagi kawasan," ujar Shafiah dalam diskusi virtual bertajuk 'Dampak Pemilu AS terhadap Hubungan RI-AS" yang diselenggarakan FPCI, Selasa (28/7/2020).
Advertisement
Baca Juga
"Salah satu menurunnya kepercayaan ini lantaran kebijakan Trump yang selalu mengutamakan Amerika Serikat sendiri, yang selalu ia katakan 'American First'. Kalau kepercayaan ini semakin rendah, maka akan muncul sentimen-sentimen negara mitra maupun sekutunya."
Yang paling menurut Shafiah adalah inkonsistensi warga dunia terhadap Trump dalam sejumlah permasalahan atau isu-isu. Lalu bagaimana pandangan negara sekutu dan rival Amerika Serikat?
"Dari pandangan negara sekutu, Donald Trump dianggap sebagai sosok yang tidak dapat diprediksi dalam perlakuannya terhadap negara sekutu. Dalam sejumlah hal ia terlihat tidak suportif dan dalam hal lain ia terlihat suportif," kata Shafiah.
Salah satu contoh yang dipaparkan oleh peneliti dari CSIS Indonesia tersebut yaitu; Kebijakannya tehadap negara-negara NATO.
"Beda halnya dengan negara-negara rival, Donald Trump malah dianggap sebagai sosok yang bisa diprediksi. Sehingga negara rival mampu mengetahui akibat dari berbagai tindakan yang mereka lakukan. Respon dari presiden AS itu bisa diprediksi oleh negara rival," jelasnya.
"Survei dari PEW Research Center tahun 2020 ini sangat menarik untuk bisa dikaji lebih lanjut."
Simak video pilihan berikut:
Sama-Sama Berbau 'American First'
Berdasarkan sumber survei yang sama juga memaparkan peran calon pemimpin dalam isu internasional. Disampaikan oleh Shafiah bahwa kebijakan luar negeri Trump dan Biden ada yang berbeda seperti climate change.
"Namun, jika kita kaji lebih lanjut, banyak juga titik temu dua kandidat terkait kebijakan luar negeri. Seperti contoh, keduanya sepakat menganggap keamanan ekonomi merupakan keamanan nasional. Kalau misalnya Trump dengan jelas menyebut American First, maka kubu Demokrat juga sama," jelas Shafiah.
"Titik temu yang kedua yaitu dua kandidat sama-sama menekankan kebijakan foreign policy at home. Yaitu dengan memakmurkan kelas menengah. Perdebatan kedua kandidat ini lebih kepada seperti apa bentuk kebijakannya nanti," jelasnya.
"Jadi nuansa American First ini masih tetap ada di setiap kampanye dari kubu Joe Biden," jelas Shafiah.
Advertisement