Salah Satu Tempat Prostitusi Terbesar di Eropa Bangkrut karena Corona COVID-19

Salah satu tempat prostitusi terbesar di Eropa, Pascha telah menyatakan kebangkrutan, setelah pandemi Covid-19 di Jerman, "kita sudah buntu," kata sang direktur.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Sep 2020, 18:50 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2020, 18:50 WIB
Komnas PA: Gaya Hidup Anak Millenial Rentan Jadi Korban Prostitusi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menilai praktik prostitusi anak berbasis online di apartemen dan rumah kos dipi...

Liputan6.com, Jerman - Salah satu tempat prostitusi terbesar di Eropa, Pascha telah menyatakan kebangkrutan. Kondisi itu terjadi karena pandemi Virus Corona COVID-19 melanda Jerman.

"Kita sudah buntu," kata direktur Pascha, Armin Lobscheid.

Gedung dengan 10 lantai tersebut merupakan landmark kota Cologne. Namun semenjak merebaknya COVID-19 di negara tersebut, pemerintah negara bagian Rhine-Westphalia pun segera melarang adanya kegiatan prostitusi.

Di Pascha ada sekitar 120 orang yang terdaftar sebagai pekerja seks komersil. Pascha juga diketahui mempekerjakan sekitar 60 staf termasuk juru masak dan penata rambut.

Lobscheid pun mengkritik penanganan pandemi COVID-19 oleh otoritas Jerman, terutama kemampuan mereka dalam menjelaskan kapan tepatnya bisnis bisa dioperasikan kembali. Dia mengatakan, pejabat akan memberi tahu mereka setiap dua pekan apakah dapat membuka kembali atau tidak.

"Kami tidak bisa seperti itu. Kami mungkin bisa menghindari kebangkrutan dengan bantuan bank jika kami bisa dijanjikan kapan tepatnya bisa dimulai lagi pada awal tahun depan," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Jika Ditutup Akan Membahayakan Para Pekerja

Wilayah 'Legal' Prostitusi, Ibu Ini Pungut 16 Kondom dari Halaman
Keputusan pemerintah yang 'melegalkan' prostitusi membuat halaman rumah ibu ini 'dihiasi' kondom.

Pada 2006, Pascha sempat menjadi berita utama ketika sekelompok Muslim mengancam akan melakukan kekerasan atas pemasangan sebuah iklan seorang wanita setengah telanjang di sisi gedung yang diletakkan di samping 32 bendera negara peserta Piala Dunia saat itu, termasuk Iran dan Arab Saudi.

Beberapa kelompok telah menyuarakan keprihatinan bahwa menutup rumah prostitusi resmi dapat membuat pelacur dalam bahaya yang lebih besar karena mereka akan dipaksa melayani di bawah tanah.

Sampai saat ini saja, orang-orang masih membuka pesanan selama pandemi meskipun tanpa pembayaran pajak.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya