Liputan6.com, Minks - Puluhan ribu demonstran turun ke jalanan kota Minsk, Belarusia. Aksi ini menandai demo kelima dalam protes harian yang menyerukan pengunduran diri presiden Alexander Lukashenko setelah pemilihan yang diduga dimanipulasi.
Kerusuhan meletus di Belarusia setelah pemimpin otoriter Lukashenko, yang telah memerintah bekas negara Soviet itu selama 26 tahun, mengumumkan pemilihan ulangnya sendiri dengan 80 persen suara pada 9 Agustus 2020.
Advertisement
Baca Juga
Kerumunan mengacungkan bendera putih-merah-putih bersejarah yang digunakan sebelum Belarusia menjadi Republik Soviet, yang diambil alih oleh oposisi di negara itu, demikian dikutip dari laman Euro News, Senin (7/9/2020).
Slogan pawai hari Minggu ini adalah "Satu untuk semua dan semua untuk satu", dengan pengunjuk rasa bertujuan untuk menunjukkan bahwa orang-orang bersatu dalam keinginan mereka untuk perubahan.
Saat hujan turun, mereka berkumpul bersama dari berbagai distrik di ibu kota Belarusia di pusat kota, yang berujung pada kediaman Lukashenka di Istana Kemerdekaan.
Seperti pada minggu-minggu sebelumnya, istana dan bangunan resmi lainnya diblokir oleh pihak berwenang.
Ada kehadiran militer besar-besaran di Minsk yang mencakup pasukan tentara, tank, meriam air, pengangkut personel lapis baja, dan kendaraan pengintai lapis baja.
Setidaknya 37 demonstran telah ditangkap di sela-sela demonstrasi pada sore hari, menurut kelompok hak asasi manusia Belarusia Viasna.
Â
Simak video pilihan berikut:
Stasiun metro di pusat Minsk ditutup
Beberapa lawan politik di Twitter mengatakan ini adalah protes terbesar dalam sejarah Belarusia.
"Lautan manusia ini tidak bisa dihentikan oleh peralatan militer, meriam air, propaganda dan penangkapan. Sebagian besar rakyat Belarusia menginginkan pergantian kekuasaan secara damai dan kami tidak akan bosan menuntut ini," kata Maria Kolesnikova, pemimpin Dewan Koordinasi yang dibentuk oleh oposisi untuk mencoba mengatur dialog dengan Lukashenko.
Protes juga dilaporkan pada hari Minggu di Gomel, kota terbesar kedua Belarusia, serta Brest dan ibu kota daerah lainnya.
Pada hari Sabtu, ribuan wanita berbaris di ibu kota Belarusia, menyerukan pengunduran diri Alexander Lukashenko.
Ribuan wanita di Belarusia juga menuntut pengunduran diri Lukashenko. Untuk pertama kalinya dalam demonstrasi, para pendukung hak-hak LGBT muncul dengan bendera pelangi dalam pawai perempuan di Minsk, indikasi bahwa penentang Presiden Lukashenko semakin berani.
Advertisement