Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin and Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani, secara jarak jauh, menandatangani Kerangka Kerja Sama untuk Memperkuat Pembiayaan Infrastruktur dan Pembangunan Pasar.
Prakarsa kerja sama ini dilakuka pada 18 September 2020. Tujuannya yakni mencapai tujuan bersama Amerika Serikat dan Indonesia guna mendukung pembangunan infrastruktur melalui investasi berorientasi pasar sektor swasta.
Advertisement
Baca Juga
Di bawah kerangka kerja sama ini, Menkeu Mnuchin dan Sri Mulyaniakan mengatasi hambatan regulasi, pasar, dan legalitas terhadap investasi sektor swasta dengan berfokus pada pembangunan instrumen keuangan, pembiayaan proyek, pasar utang lokal, dan pasar modal.
“Pembangunan infrastruktur sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pemulihan jangka panjang dari dampak COVID-19. Kerangka kerja ini mendukung pertumbuhan ekonomi dan tujuan kita bersama dalam upaya menjawab kebutuhan infrastuktur melalui investasi berorientasi pasar sektor swasta,” ujar Menteri Mnuchin seperti dilansir dari situs resmi Kedubes AS, Senin (21/9/2020).
Pertemuan pertama Kelompok Kerja di bawah perjanjian kerangka kerja ini akan diadakan secara virtual pada 22-23 September 2020.
Keterlibatan ini mendukung Strategi Indo-Pasifik Pemerintah AS yang lebih luas dengan melengkapi upaya yang sedang berlangsung di bawah Meningkatkan Pembangunan dan Pertumbuhan Melalui Energi (Asia EDGE) dan Jaringan Transaksi dan Bantuan Infrastruktur (ITAN).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sri Mulyani Serukan Kerja Sama Kepala Negara di Dunia Tangani COVID-19
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan jika keberadaan pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang sangat menantang.
Pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dan berupaya berkolaborasi dengan negara anggota Asian Development Bank (ADB) untuk menangani dampak pandemi COVID-19 di bidang kesehatan dan perekonomian.
Kerjasama dalam penanganan COVID-19 tidak hanya sebatas dalam usaha untuk menemukan vaksin saja, namun juga bersama-sama untuk membantu dalam pemulihan ekonomi.
"Dan karena itu saya katakan sekarang ini adalah situasi yang sangat menantang. Maka dari itu setiap pemimpin negara harus membutuhkan suatu kerja sama,” kata Sri Mulyani Indrawati, Minggu (20/9/2020).
Dia menyadari situasi sekarang sangat kompleks dan menimbulkan ironi permasalahan pada beberapa negara, dan itu dialami juga sebagai permasalahan dunia yang buruk.
Bahkan sebelumnya ada isu perubahan iklim dan sekarang pandemi COVID-19 dan tidak ada perbedaan batas negara dari permasalahan ini.
Jika dibandingkan dengan krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009, dia berpendapat bahwa saat itu, secara global negara-negara bersama-sama mencoba untuk menyelamatkan ekonomi di mana setiap negara mengalami permasalahan yang sama dengan tantangan yang sama dan dengan ancaman yang sama di bidang ekonomi mereka
Namun, saat ini global harus berhadapan dengan berbagai macam isu perubahan global. Sebelumnya, dunia sedang dihadapkan pada permasalahan perubahan iklim dunia, kemudian saat ini sekaligus harus berhadapan dengan pandemi COVID-19.
“Saya pikir semua negara mempunyai insting untuk menutup perbatasan (karena COVID-19) dan mencoba melihat ke dalam negeri masing-masing. Dan karena itu saya katakan sekarang ini adalah situasi yang sangat menantang," katanya.
Bendahara Negara ini melanjutkan, peran lembaga-lembaga multilateral sangat penting dalam hal ini. Untuk aspek kesehatan global, World Health Organization (WHO) harus mengambil peran utama dalam penanganan pandemi global ini.
Selain itu, lembaga keuangan multilateral seperti ADB, IMF dan World Bank harus juga secara bersama-sama membangun kembali kepercayaan global dalam usaha untuk pemulihan ekonomi dunia.
Dia pun optimis setelah pandemi COVID-19 terlewati maka akan muncul suatu era globaliasasi baru yang merupakan wujud dari kerjasama antar negara. Apalagi pandemi ini telah mengajarkan semua banyak hal kepada negara, tidak bisa hanya bekerja sendiri meskipun negara itu besar.
"Kita akan selalu membutuhkan kerjasama global. Jadi saya pikir dan saya harap setelah COVID-19 ini akan ada bentuk baru dari era globalisasi, yang lebih inklusif, lebih peduli, dan juga lebih melihat tidak hanya kepada pertumbuhan tetapi juga keberlanjutan sehingga kita bisa mendapatkan lebih baik dari kerjasama ini. Ini adalah salah satu bentuk pandangan optimistis saya,” pungkasnya.
Advertisement