Rekam Jejak Calon Menlu AS Antony Blinken: Dukung Intervensi Perang di Timur Tengah

Antony (Tony) Blinken, Menteri Luar Negeri (Menlu) pilihan Joe Biden tercatat mendukung berbagai intervensi militer di Timur Tengah di antaranya pada perang Irak, Libya, Suriah, dan Yaman.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Nov 2020, 15:07 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 12:36 WIB
Joe Biden menang Pemilu Amerika 2020, jadi presiden AS menggantikan Donald Trump. (AP)
Joe Biden menang Pemilu Amerika 2020, jadi presiden AS menggantikan Donald Trump. (AP)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Antony (Tony) Blinken dipilih oleh Joe Biden untuk menjadi menteri luar negeri. Sebelum terpilih menjadi menlu, sosoknya memang sudah lama dekat dengan mantan wapres era Obama itu. 

Rekam jejak Tony Blinken ternyata dipenuhi dukungan pada perang serta intervensi militer di Timur Tengah. Dia mendukung aksi militer AS di Irak, Libya, Suriah, hingga Yaman. 

Ketika Joe Biden menjabat sebagai senator, Tony Blinken adalah salah satu penasihatnya. Hubungan Blinken dengan Biden terus berlanjut hingga kampanye pilpres AS 2008. 

Tony Blinken aktif sebagai penasihat di Gedung Putih serta pejabat tinggi di Kementerian Luar Negeri pada era Presiden Barack Obama.

Berikut kebijakan perang dari menlu baru Amerika Serikat pilihan Joe Biden:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

1. Perang Irak

FOTO: Joe Biden - Kamala Harris Sampaikan Pidato Kemenangan Pilpres AS 2020
Presiden terpilih Joe Biden saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan Pilpres AS 2020. (AP Photo/Andrew Harnik)

Senat AS melakukan voting untuk Perang Irak pada 2002. Senator Joe Biden termasuk yang mendukung.

Waktu itu, Tony Blinken menyampaikan dukungannya terhadap Perang Irak sebagai diplomasi kuat.

"Bagi Biden dan sejumlah orang lain yang mendukung resolusi, itu adalah dukungan untuk diplomasi kuat," ujar Blinken seperti dikutip The New York Times.

Pada 2005 Joe Biden telah mengakui bahwa Perang Irak tidak sesuai ekspektasi.

2. Intervensi Militer ke Libya

Libya Hancurkan Bahan Peledak Sisa Perang Daerah Konflik
Ledakan sisa-sisa bahan peledak di Al-Hira, sekitar 65 km sebelah barat daya Tripoli, Libya (22/7/2020). Kementerian Pertahanan Libya dari pemerintahan yang didukung PBB pada Rabu (22/7) menghancurkan bahan peledak sisa perang dari berbagai daerah konflik di Tripoli selatan. (Xinhua/Hamza Turkia)

Pada 2013, Presiden Barack Obama melancarkan intervensi militer ke Libya untuk menggulingkan Muammar Khadafi. 

Menurut laporan Politico, Tony Blinken adalah salah satu pejabat yang mendukung serangan ke Libya untuk melawan Khadafi. Kebijakan ini juga didukung Hillary Clinton yang waktu itu menjabat sebagai menlu. 

Khadafi memang sukses dilengserkan, namun hingga kini situasi Libya masih belum stabil, bahkan Libya kini punya dua pemerintahan. 

Pada 2016, Presiden Obama mengakui bahwa intervensi Libya adalah kesalahan terburuk dalam pemerintahannya.

3. Intervensi Militer ke Suriah

FOTO: 9 Tahun Perang Sipil, Suriah Hadapi Gejolak Krisis Ekonomi
Seorang pria berjalan melewati bangunan yang hancur di Salaheddine, Aleppo, Suriah, 20 Januari 2018. Gejolak krisis ekonomi menyebabkan lonjakan harga makanan dan kebutuhan dasar di Suriah. (12/6/2020). (AP Photo/Hassan Ammar, File)

Tony Blinken mendukung intervensi militer AS di Suriah. Ia berargumen kehadiran AS bisa mengurangi konflik.

Blinken juga menilai AS dinilai perlu hadir di Suriah agar pemerintah Bashar Al-Asad tidak menguasai wilayah penting di timur laut Suriah yang kebetulan dekat dengan sumber minyak.

Ia lantas mengkritik Donald Trump yang justru menarik mundur pasukan.

"Meninggalkan mitra kita di pasukan demokrasi Suriah, termasuk Kurdi. Itu adalah kesalahan besar dan sesuatu yang bakal kita bayar," ujar Blinken kepada CBS pada Mei 2020.

 

4. Perang Yaman

Perang Panjang, 5 Juta Lebih Anak Yaman Terancam Kelaparan Akut
Seorang gadis yang menderita gizi buruk ditimbang di Pusat Kesehatan Aslam di Hajjah, Yaman, 25 Agustus 2018. Kelaparan diperparah dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok dan turunnya nilai mata uang Yaman akibat konflik. (AP Photo/Hammadi Issa)

Perang saudara di Yaman mengakibatkan jutaan anak menderita. UNICEF mencatat ada 12 juta anak yang butuh bantuan sejak konflik dimulai sejak akhir 2014. 

Perang masih berlangsung antara kelompok Houthi melawan pemerintahan Hadi yang didukung Arab Saudi.

Pada April 2015, Tony Blinken merupakan deputi menteri luar negeri AS. Ia mendukung intervensi Arab Saudi dan memastikan AS menyediakan senjata. 

"Sebagai bagian dari usaha itu, kita telah mempercepat pengiriman senjata, kita telah menambah intelligence sharing," ujar Blinken seperti dilansir VOA News.

Belakangan, Blinken menyesali keterlibatan AS di Yaman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya