Vaksin COVID-19 AstraZeneca Inggris dan Sputnik V Rusia Akan Dicampur, Mengapa?

AstraZeneca, setuju untuk mengombinasikan vektor vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Rusia, Sputnik V, dengan komponen vaksin miliknya dalam uji klinis menggunakan dua inokulasi terpisah.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2020, 17:00 WIB
Rusia Mulai Suntikkan Vaksin Corona Sputnik V di Moskow
Seorang perawat menunjukkan vaksin Sputnik V untuk melawan virus corona di sebuah klinik di Moskow, Sabtu (5/12/2020). Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pihak berwenang memulai vaksinasi massal untuk orang-orang berisiko tinggi tertular Covid-19. (Kirill KUDRYAVTSEV/AFP)

Liputan6.com, Moskow - Perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, setuju untuk mengombinasikan vektor vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Rusia, Sputnik V, dengan komponen vaksin miliknya dalam uji klinis menggunakan dua inokulasi terpisah, demikian menurut pihak Rusia, Jumat (11/12).

Badan yang mendanai pengembangan Sputnik V, Russian Direct Investment Fund (RDIF), serta lembaga riset Institut Gamaleya Rusia pada akhir November lalu menawarkan kepada AstraZeneca untuk menggunakan satu dari dua komponen vaksin Rusia dalam uji klinisnya.

"AstraZeneca menerima pengajuan dari RDIF dan akan memulai uji klinis vaksinnya dalam kombinasi dengan vektor human adenovirus tipe Ad26 yang digunakan pada Sputnik V di akhir tahun 2020," kata RDIF dalam keterangan yang diterima Antara di Jakarta, dikutip pada Sabtu (12/12/2020).

"Penelitian ini akan memberikan kesempatan kepada ilmuwan AstraZeneca untuk mengkaji kemungkinan meningkatkan efikasi (kemanjuran, red) vaksin mereka melalui aplikasi pendekatan dengan kombinasi ini," tulis RDIF.

Institut Gamaleya Rusia menggunakan dua vektor untuk Sputnik V, yakni Ad26 dan Ad5, untuk dua inokulasi (teknik memasukkan virus ke tubuh manusia) terpisah--yang disebut RDIF "memberikan respons imun yang lebih kuat dan lebih berjangka panjang dibanding vaksin dengan satu komponen untuk kedua inokulasi".

"Contoh kerja sama yang unik ini antara para ilmuwan dari negara berbeda untuk bersama memerangi virus corona akan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai kemenangan final atas pandemi ini secara global," kata Kirill Dmitriev, Pimpinan Eksekutif RDIF.

Lebih lanjut, Dmitriev menyebut bahwa pihaknya siap mengembangkan kerja sama tersebut di masa mendatang serta memulai produksi bersama setelah vaksin yang baru itu menunjukkan kemanjuran dalam uji klinis.

Antara mengonfirmasi lebih jauh mengenai detail teknis dalam uji klinis dengan penggunaan vektor kombinasi ini, namun pihak RDIF menyebut bahwa keterangan rinci akan diumumkan menyusul pekan depan.

Simak video pilihan berikut:

Vaksin Pfizer Lolos Uji BPOM AS untuk Lawan COVID-19

Vaksin Pfizer Efektif 90 Persen Lawan Covid-19
Vaksin Pfizer Efektif 90 Persen Lawan Covid-19

Sementara itu, Vaksin Pfizer mendapat izin dari BPOM AS untuk dipakai melawan COVID-19. Izin yang didapat adalah izin darurat atau Emergency Authorization Use (EAU). 

BPOM AS menyorot bahwa berdasarkan data dari 36.523 partisipan, vaksin Pfizer dinyatakan 95 persen efektif. Berdasarkan kualitas dan konsistensi produk, turut disimpulkan bahwa vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dapat efektif.

"Selain itu ... berdasarkan keseluruhan bukti sains yang tersedia, benefit yang diketahui dan potensial dari Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech melebihi risiko yang diketahui dan potensial dari vaksin tersebut," tulis Denise Hinton, Chief Scientist dari Food and Drug Administration (BPOM AS) dalam rilis resmi pada Jumat 11 Desember 2020, dikutip Sabtu (12/12/2020).

Sebelumnya, komite vaksin di AS juga telah memberikan rekomendasi kepada BPOM AS untuk meloloskan vaksin Pfizer. Denise Hinton lantas memberikan izin berdasarkan aturan yang berlaku.

"Saya mengizinkan penggunaan darurat dari Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTEch," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya