Peru Tangguhkan Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinopharm dari China

Peru mengumumkan keadaan darurat kesehatan sementara di lima wilayah pada Juni tahun lalu menyusul beberapa kasus.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 13 Des 2020, 18:03 WIB
Diterbitkan 13 Des 2020, 18:03 WIB
Mall di Peru kembali buka meski kasus Virus Corona (COVID-19) tinggi.
Mall di Peru kembali buka meski kasus Virus Corona (COVID-19) tinggi. Dok: AP Photo

Liputan6.com, Lima - Peru untuk sementara menangguhkan uji klinis vaksin Corona COVID-19 yang dibuat oleh raksasa obat China Sinopharm setelah mendeteksi masalah neurologis di salah satu sukarelawan penguji.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (14/12/2020) Institut Kesehatan Nasional mengatakan pada Jumat, 11 Desember 2020 bahwa mereka telah memutuskan untuk menghentikan uji coba setelah seorang relawan mengalami kesulitan menggerakkan lengan mereka, menurut media lokal Peru.

"Beberapa hari yang lalu kami memberi isyarat, karena kami diminta, kepada otoritas regulasi bahwa salah satu peserta kami (dalam uji coba) menunjukkan gejala neurologis yang dapat sesuai dengan kondisi yang disebut sindrom Guillain-Barre," kata kepala peneliti German Malaga.

Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka dan tidak menular yang memengaruhi pergerakan lengan dan kaki.

Peru mengumumkan keadaan darurat kesehatan sementara di lima wilayah pada Juni tahun lalu menyusul beberapa kasus.

Uji klinis Peru untuk vaksin Sinopharm akan selesai minggu ini, setelah menguji sekitar 12.000 orang.

Jika mereka berhasil, pemerintah Peru diharapkan membeli hingga 20 juta dosis untuk menyuntik dua pertiga dari populasinya.

Simak video pilihan berikut:

Angka Kematian Perkapita di Peru Tertinggi di Dunia

Petugas Kesehatan Peru Protes Minimnya APD untuk Rawat Pasien Covid-19
Petugas kesehatan memprotes kurangnya alat pelindung bagi mereka yang merawat pasien COVID-19, di luar rumah sakit umum di Lima, Peru (29/9/2020). (AP Photo/Martin Mejia)

Sekitar 60.000 warga di seluruh dunia telah menggunakan vaksin Sinopharm, termasuk sukarelawan di Argentina, Rusia dan Arab Saudi.

Peru memiliki salah satu tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia akibat virus corona.

Pandemi telah memukul ekonomi negara Amerika Selatan itu dengan keras, dengan PDB anjlok lebih dari 30 persen pada kuartal kedua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya