Awali 2021, Presiden Tsai Ing-wen Buka Celah Dialog Antara Taiwan - China

Presiden Tsai Ing-wen tengah membuka kesempatan dialog antara negaranya dengan China.

diperbarui 04 Jan 2021, 07:02 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2021, 07:02 WIB
Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016
Tsai Ing-wen, presiden wanita pertama Taiwan yang disumpah pada Mei 2016 (AP Photo/Chiang Ying-ying)

Taipei - Presiden Tsai Ing-wen telah menyatakan keberhasilan Taiwan dalam memenangkan pandemi Virus Corona baru pada Jumat (1/1/2021). Selain itu, ia juga menyatakan keberhasilan Taiwan dalam menumbuhkan perekonomian di tengah ancaman militer China. 

Melansir DW, Minggu (3/1/2021), melalui pidato awal tahun barunya, Presiden Tsai mengatakan bahwa Taiwan telah berhasil menaklukkan virus dengan percaya pada sikap profesionalisme sekaligus sikap saling membantu antar warga, tanpa perlu melakukan pembatasan penguncian yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan pendidikan. 

Pujian patut diberikan karena upaya Taiwan yang cepat dan berkelanjutan menahan wabah COVID-19, dengan hanya mencatat tujuh kasus kematian dan kurang dari 800 kasus yang dikonfirmasi, meski dekat China yang jadi episentrum wabah saat pandemi dimulai. 

Namun seiring pertumbuhan ekonomi, Taiwan terancam oleh "seringnya aktivitas pesawat militer dan kapal perang di sisi lain Selat Taiwan," kata Tsai, merujuk pada China. Tsai mengatakan stabilitas hubungan lintas selat menjadi perhatian tidak hanya bagi kedua belah pihak tetapi juga dunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Tawaran Dialog Tsai

Perayaan Hari Ulang Tahun Taiwan ke-108
Presiden Tsai Ing-wen menyampaikan pesan mendalam selama pidato pembukaan di Istana Presiden, Taipei, Taiwan, Kamis (10/10/2019). (Official Photo by Wang Yu Ching / Office of the President)

Taiwan yang menerima senjata pertahanan dan dukungan politik yang kuat dari Amerika Serikat (AS) akan tetap berpegang pada kebijakannya saat ini dan berharap dapat berdialog dengan Beijing atas dasar kesetaraan dan saling menghormati, kata Tsai.

"Dengan kesetaraan dan rasa hormat, kami ingin bersama-sama memfasilitasi dialog yang bermakna," kata Tsai.

Tsai mengatakan bahwa, pada tahun 2020, jet dan kapal militer China lebih sering mendekati wilayah Taiwan dan gerakan semacam itu "tidak hanya memengaruhi hubungan di seluruh Selat Taiwan tetapi juga menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik saat ini."

Tsai mengatakan bahwa jika pandemi COVID-19 dapat dikendalikan, dia berharap kondisi yang lebih baik dapat membantu meningkatkan pemahaman. Di Taiwan, kata Tsai, pekerjaan terpenting pada 2021 adalah memastikan orang terus "menjalani kehidupan normal sehari-hari" di tengah pemulihan ekonomi global.

"Sebagai (negara yang memiliki) kekuatan untuk kebaikan di dunia, kami akan terus menjadi anggota masyarakat internasional yang sangat diperlukan," kata Tsai. Taiwan telah memiliki pemerintahan merdeka sejak 1949, tetapi China menganggap pulau demokratis itu sebagai bagian dari wilayahnya.

China memutuskan semua komunikasi resmi dengan Taiwan pada Juni 2016, satu bulan setelah Tsai dari Partai Progresif Demokratik - yang condong ke arah kemerdekaan - menjabat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya