Meski Diblokir Permanen dari Twitter, Donald Trump Masih Punya Akun Resmi yang Aktif

Akun pribadi Presiden AS Donald Trump telah ditangguhkan secara permanen oleh Twitter "karena risiko menghasut kekerasan lebih lanjut", kata perusahaan sosial media itu pada Jumat 8 Januari 2021.

oleh Hariz Barak diperbarui 09 Jan 2021, 10:08 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2021, 10:00 WIB
Ekspresi Donald Trump Saat Hadiri National Prayer Breakfast
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Liputan6.com, D.C - Akun pribadi Presiden AS Donald Trump telah ditangguhkan secara permanen dari Twitter "karena risiko menghasut kekerasan lebih lanjut", kata perusahaan sosial media itu pada Jumat 8 Januari 2021.

Twitter mengatakan keputusan itu dibuat "setelah tinjauan atas Tweet terbaru dari akun @realDonaldTrump dan konteks di sekitar mereka," demikian seperti dikutip dari BBCSabtu (9/1/2021).

Pencarian akun @realDonaldTrump di Twitter --yang biasanya akan diarahkan ke akun pribadi sang presiden-- kini tidak menunjukkan hasil.

Namun penangguhan tidak berlaku untuk akun resmi President Trump @POTUS yang dikelola secara resmi oleh Gedung Putih. Pencarian untuk akun itu masih menunjukkan hasil dan diarahkan ke laman twitter.com/POTUS.

Trump sebelumnya telah diblokir dari akun pribadinya oleh Twitter selama 12 jam.

Twitter memperingatkan kemudian bahwa mereka akan menangguhkan akun pribadi Trump "secara permanen" jika dia melanggar aturan platform sosial media itu lagi.

Bereaksi terhadap larangan permanen, penasihat kampanye Trump 2020 Jason Miller men-tweet: "Menjijikkan... jika Anda tidak berpikir mereka akan datang untuk Anda berikutnya, Anda salah."

Juga pada Jumat, Google menangguhkan Parler --aplikasi saingan serupa Twitter yang semakin populer di kalangan pendukung Trump-- dari toko online-nya.

"Kami menyadari terus ada postingan di aplikasi Parler yang berusaha menghasut kekerasan yang sedang berlangsung di AS," kata Google.

Penangguhan akun Twitter pribadi Donald Trump datang setelah dia men-tweet beberapa pesan pada Rabu 6 Januari 2020, menyebut orang-orang yang menyerbu gedung Kongres AS (the Capitol Hill) sebagai "patriot".

Ratusan pendukungnya memasuki gedung Capitol ketika Kongres AS berusaha untuk mengesahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden dalam pemilihan presiden. Kekerasan berikutnya menyebabkan kematian empat warga sipil dan seorang perwira polisi.

Pengepungan terjadi hanya beberapa jam setelah Trump berbicara kepada para pendukung dan mengatakan kepada mereka: "Kami tidak akan pernah menyerah; Kami tidak akan pernah kebobolan."

Pada Kamis 7 Januari, Facebook juga mengatakan telah menangguhkan akun Donald Trump "tanpa batas waktu".

Platform streaming populer Twitch juga menempatkan larangan tak terbatas pada saluran presiden, yang telah ia gunakan untuk siaran saat kampanye pilpres. Begitu juga dengan Snapchat.

Dua toko online memorabilia Donald Trump ditutup pekan ini oleh perusahaan e-commerce Shopify. Pada hari Jumat, situs forum Reddit juga menangguhkan kolom forum "donaldtrump" untuk para pendukung presiden.

Simak video pilihan berikut:

Trump vs Twitter

FOTO: Massa Pendukung Donald Trump Serbu Capitol Hill, 1 Orang Tewas
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkumpul di luar Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Sejumlah anggota parlemen dan massa pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill untuk membatalkan pemilihan presiden Amerika Serikat. (AP Photo/Shafkat Anowar)

Donald Trump menggunakan akun Twitter pribadinya untuk menghina musuh, mendukung sekutu, memngumumkan kebijakan, hingga berbagai pernyataan lainnya. Ia kerap menggunakan huruf kapital dan tanda seru untuk menggarisbawahi intinya.

Meskipun para kritikus mengatakan posting-posting itu adalah informasi yang salah, statusnya sebagai pejabat publik memungkinkannya untuk bertahan di media arus utama dan langsung terhubung dengan hampir 89 juta pengikut.

Twitter menulis dalam sebuah posting blog pada Jumat 8 Januari: "Dalam konteks peristiwa mengerikan pekan ini, kami menjelaskan pada hari Rabu (6/1) bahwa pelanggaran tambahan terhadap Peraturan Twitter akan berpotensi mengakibatkan tindakan ini."

"Kerangka kepentingan publik kami ada untuk memungkinkan masyarakat mendengar dari pejabat terpilih dan pemimpin dunia secara langsung. Ini dibangun dengan prinsip bahwa rakyat memiliki hak untuk membuat pemegang kekuasaan mempertanggungjawabkan diri mereka di tempat terbuka."

Ia menambahkan: "Namun, kami menjelaskan bertahun-tahun yang lalu bahwa akun-akun ini tidak berada di atas aturan kami dan tidak dapat menggunakan Twitter untuk menghasut kekerasan. Kami akan terus transparan seputar kebijakan dan penegakannya."

Sebelumnya pada Jumat 8 Januari, perusahaan secara permanen melarang dua loyalis Trump: mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dan pengacara Sidney Powell.

Sekitar 350 karyawan Twitter telah menandatangani surat pekan ini kepada kepala eksekutif perusahaan, Jack Dorsey, memintanya untuk melarang presiden setelah kerusuhan Capitol.

Surat itu mengatakan: "Terlepas dari upaya kami untuk melayani percakapan publik, sebagai pengeras suara Trump, kami membantu memicu peristiwa mematikan 6 Januari."

Twitter pertama kali mengambil tindakan terhadap Trump pada Mei 2020 menambahkan cek fakta ke tweet yang dia kirim, di mana ia mengklaim voting via pos adalah penipuan.

Kemudian pada minggu yang sama Twitter menyematkan label peringatan ketika Trump mentweet mengancam akan mengirim militer untuk meredam protes Black Lives Matter.

Twitter menggunakan cek fakta dan label peringatan ini semakin banyak sepanjang tahun untuk tweet Trump tentang virus corona dan pemilihan presiden.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya