Joe Biden Gelar Virtual Meeting dengan Pemimpin Dunia, Perdana Sejak Jadi Presiden AS

Liputan6.com, Washington D.C - Tanpa menginjakkan kaki ke luar Gedung Putih, Presiden AS Joe Biden telah tampil di panggung dunia.

Joe Biden bergabung dalam pertemuan virtual di London dan Munich, dengan para pemimpin sekutu Eropa terbesarnya, yang juga masih terkurung di ibu kota mereka. Demikian seperti melansir CNN, Senin (22/2/2021). 

"Amerika telah kembali," dia mengumumkan pada Konferensi Keamanan Munich (MSC) tahunan. Tak hanya itu, ia pun bermurah hati pada pertemuan para pemimpin G7 yang diketuai oleh Inggris, dengan menjanjikan sebanyak $ 4 miliar untuk inisiatif COVAX yang bertujuan untuk menyediakan vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Namun, bahkan dengan standar yang baru muncul dari KTT virtual, semua itu tampak normal. 

November lalu, pendahulu Presiden Biden, yakni Donald Trump, tanpa basa-basi meninggalkan pertemuan puncak global dengan para pemimpin dunia G20 di Riyadh. Meski demikian, Trumpt muncul beberapa saat kemudian bermain golf di salah satu resornya.

Simak Video Pilihan Berikut:

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, pembawa acara dalam pertemuan virtual tersebut, pun mengungkapkan pesona khususnya.

"Kami juga ingin bekerja sama untuk membangun kembali lebih baik dari pandemi--slogan yang menurut saya telah digunakan Joe [Biden] beberapa kali. Saya pikir dia mungkin telah mengambilnya dari kami, tetapi saya pasti mencabutnya dari tempat lain," ujar Johnson, merujuk tagline yang digunakan tim Biden untuk agenda ekonominya.

Penyelenggara pertemuan G7 di London mengirimkan pernyataan bersama para pemimpin.

"Kami, para pemimpin Kelompok Tujuh, bertemu hari ini dan memutuskan untuk bekerja sama untuk mengalahkan COVID-19 dan membangun kembali dengan lebih baik."

Mereka telah menyetujui kolektif dana senilai $ 7,5 miliar untuk vaksin bagi negara-negara miskin, untuk mempercepat pengembangan, pembuatan dan penyebaran vaksin, dan meningkatkan berbagi informasi tentang varian COVID-19 baru yang berpotensi lebih mematikan.