Myanmar Terapkan Status Darurat Militer di 2 Wilayah Yangon

Militer Myanmar menerapkan status darurat militer di Hlaing Tharyar dan Shwepyitha.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Mar 2021, 08:16 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2021, 06:45 WIB
Demi Lindungi Demonstran, Biarawati Myanmar Berlutut di Depan Polisi Bersenjata
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Myitkyina di negara bagian Kachin Myanmar (8/3/2021). Bentrokan warga anti kudeta militer dengan aparat keamanan Myanmar masih terus berlangsung. (AFP/STR)

Liputan6.com, Yangon - Pemerintah Myanmar menerapkan status darurat militer di Hlaing Tharyar dan Shwepyitha, keduanya berada di Yangon. Langkah itu diambil setelah ada demo mematikan yang menewaskan setidaknya 18 orang. 

Dilansir Channel News Asia, Senin (15/3/2021), perintah darurat militer itu diumumkan lewat televisi negara. Komandan daerah Yangon diberikan kuasa untuk menegakan keamanan dengan "lebih efektif."

Di Hlaing Tharyar, polisi dan prajurit bentrok dengan pendemo yang membawa tongkat dan pisau. Pendemo juga memakai perisai yang dibuat dari tong sampah untuk menolong korban yang ditembak.

Seorang dokter berkata 15 meninggal, tetapi ia memperkirakan jumlah kematian akan meningkat, demikian laporan AFP.

Warga yang berada di rumah mengaku mendengar tembakan dan melihat truk-truk militer Myanmar melintas. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kedubes China Ikut Resah

Demi Lindungi Demonstran, Biarawati Myanmar Berlutut di Depan Polisi Bersenjata
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Myitkyina di negara bagian Kachin Myanmar (8/3/2021). Bentrokan warga anti kudeta militer dengan aparat keamanan Myanmar masih terus berlangsung. (AFP/STR)

Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengeluarkan peryataan kekecewaan atas kekerasan yang terjadi di Myanmar. Ia juga berkata ada laporan penyiksaan.

Christine berkata kasus kekerasan yang terus berlangsung melemahkan prospek perdamaian dan stabilitas.

Duta Besar Inggris Dan Chugg turut meminta agar kekerasan segera dihentikan. Rezim militer pun diminta segera menyerahkan kekuasaan kepada pejabat sipil yang terpilih.

Wilayah yang terkena darurat militer merupakan lokasi pabrik-pabrik garmen di Myanmar. Polisi melaporkan ada lima yang terbakar, termasuk milik China.

Kedutaan Besar China di Myanmar ikut mengecam aksi pendemo dan meminta polisi cepat-cepat melindugi kepentingan China.

"(Kedubes) secepatnya meminta polisi lokal untuk menjamin keamanan bisnis dan personel China," tulis Kedubes China.


Demonstrasi Akan Terus Berlanjut

FOTO: Aksi Nyala Lilin Solidaritas untuk Rakyat Myanmar
Aktivis melakukan aksi solidaritas untuk rakyat Myanmar di depan Kantor ASEAN, Jakarta, Jumat (12/3/2021). Aktivis mengutuk semua aktivitas junta militer yang berubah menjadi tindakan kekerasan di Myanmar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Korban-korban lain berjatuhan di berbagai daerah. Satu kematian dilaporkan di kota Tamwe setelah polisi menembak ke arah ratusan pendemo yang berusaha membakar stasiun polisi.

Seorang pria juga ditembak hingga tewas di kota Hpakant. Seorang wanita lainnya ditembak kepalanya di Mandalay.

Meski demikian, pihak pendemo mengaku akan terus berdemo melawan kudeta militer.

"Saya telah melihat pahlawan-pahlawan yang gugur memberikan nyawa mereka," ujar Ma Khine Lay (21).

"Saya akan berjuang hingga akhir," ujar perempuan muda itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya