PM Jepang Yoshihide Suga Batal ke India dan Filipina Akibat COVID-19

PM Jepang Yoshihide Suga membatalkan kunjungan ke India akibat lonjakan kasus COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Apr 2021, 15:32 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2021, 15:32 WIB
Kematian Corona di India Melesat
Seorang pekerja migran tiba di terminal bus untuk menuju desanya setelah lockdown diberlakukan di ibu kota India, New Delhi, Selasa (20/4/2021). India melaporkan 259.170 infeksi baru dan 1.761 kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir. (AP Photo/Manish Swarup)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga membatalkan perjalanan ke India dan Filipina. Kasus COVID-19 yang meningkat menjadi penghalangnya.

Menurut laporan Kyodo, Rabu (21/4/2021), PM Suga seharusnya berangkat pada akhir April sampai awal Mei untuk membahas kerja sama bilateral, serta mempromosikan agenda Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Sebelumnya, PM Suga juga membahas hal serupa dalam kunjungannya ke Gedung Putih untuk bertemu Presiden Joe Biden. AS dan Jepang sepakat untuk satu suara dalam menjaga stabilitas di Indo-Pasifik dan menghadapi pengaruh China.

Kasus COVID-19 di India terutama sedang melesat tinggi akibat datangnya gelombang kedua. Ahli kesehatan di negara itu menyebutnya sebagai tsunami kasus.

Menurut laporan The Guardian, kini pemuda dan anak-anak turut menjadi korban COVID-19. Total kasus di India sudah tembus 15 juta kasus.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Video COVID-19:

Tsunami COVID-19 di India

Kematian Corona di India Melesat
Seorang pria berjalan melewati pasar tertutup pada hari pertama lockdown diberlakukan di ibu kota India, New Delhi, Selasa (20/4/2021). India melaporkan 259.170 infeksi baru dan 1.761 kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir. (AP Photo/Manish Swarup)

Gelombang kedua COVID-19 di India telah menjadi tsunami COVID-19. Kasus meledak tinggi hingga tembus 200 ribu sehari.

Terjadinya tsunami itu diakui sendiri oleh satgas COVID-19 di India. Anak-anak pun ikut tertular. 

"Tsunami kasus yang nyata telah membuat kewalahan infrastruktur kesehatan di negara bagian kami kewalahan," ujar Dr. Shashank Joshi, anggota satgas COVID-19 di Mumbai, dilaporkan The Guardian, Selasa (20/4).

"Kali ini, kami menyaksikan orang-orang usia muda antara 20 dan 40 yang terdampak serius dan bahkan anak-anak masuk rumah sakit dengan gejala-gejala parah," ujarnya.

Pakar urologis di Tamil Nadu, Dr K Senthil, juga menyaksikan bagaimana warga mulai abai protokol COVID-19. Banyak orang mulai melepas masker, bahkan ikut kampanye. Ia menyesalkan sikap warga yang abai.

"Sekarang kita menyaksikan gelombang infeksi virus corona yang lebih buruk daripada yang pertama dan magnitudo penyebarannya makin parah dan parah," ujar Dr Senthil yang menyebut rumah sakit mulai penuh. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus COVID-19 di India sudah menembus 15 juta kasus. Angka kasus baru terus meroket hingga 273 ribu kasus harian muncul pada 18 April kemarin.

Infografis Vaksin COVID-19:

Infografis Sinovac Belum Termasuk Vaksin Covid-19 Syarat Umrah. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Sinovac Belum Termasuk Vaksin Covid-19 Syarat Umrah. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya