Inggris Targetkan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Hingga 78% pada 2035

Inggris menetapkan target baru dalam undang-undang guna menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 78%.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Apr 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi Bendera Inggris
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris mengumumkan penetapan target perubahan iklim paling ambisius di dunia dan menjadikan target ini sebagai undang-undang untuk pengurangan emisi hingga 78 persen pada tahun 2035, dibandingkan dengan tingkat emisi di tahun 1990.

Hal ini menempatkan Inggris pada posisi terdepan menjelang aksi menjadi tuan rumah KTT iklim COP26 gelaran penting di penghujung tahun ini, dan memenuhi persyaratan Perjanjian Paris bagi negara-negara untuk mengajukan target aksi iklim yang diperkuat setiap lima tahun.

Melalui Kepresidenan COP26, Inggris mendesak negara-negara dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk bergabung dengan Inggris dalam pencapaian target menuju nol bersih secara global pada pertengahan abad ini, dalam rangka menjaga suhu panas dalam kisaran 1,5 derajat – dan menghindari dampak perubahan iklim yang paling dahsyat.

Untuk mencapainya, Inggris memiliki serangkaian 'Anggaran Iklim' – yang menjabarkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai target keseluruhan.

Sejalan dengan rekomendasi dari Komite Perubahan Iklim independen, Anggaran Karbon Keenam Inggris yang terkemuka akan membatasi volume gas rumah kaca yang diemisikan selama periode lima tahun dari 2033-2037, membawa Inggris lebih dari tiga perempat jalan menuju nol bersih pada tahun 2050.

Anggaran Karbon (Carbon Budget) akan memastikan Inggris tetap berada pada jalur pengakhiran kontribusinya terhadap perubahan iklim sambil tetap konsisten memenuhi Perjanjian Paris, membatasi pemanasan global berada di bawah suhu 2°C dan mengejar upaya menuju 1,5°C.

Simak video pilihan berikut:

Inggris Tingkatkan Target

Kemunculan Pertama PM Inggris
PM Inggris, Boris Johnson selesai memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja setelah pulih dari virus Corona di Downing Street, London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (AP/Frank Augstein)

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Inggris ingin terus meningkatkan standar penanganan perubahan iklim, oleh karena itu negaranya menetapkan target paling ambisius untuk mengurangi emisi di dunia. 

“Inggris akan menjadi rumah bagi bisnis perintis, teknologi baru dan inovasi hijau saat kami membuat kemajuan menuju emisi nol bersih, meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi beberapa dekade ke depan melalui penciptaan ribuan pekerjaan”, ujar Johnson.

Lebih lanjut Johnson menjelaskan bahwa Inggris ingin melihat para pemimpin dunia mengikuti jejaknya dan menyelaraskan ambisi mereka dengan Inggris menjelang KTT iklim penting COP26.

“Kita bisa membangun kembali perekonomian menjadi lebih hijau dan melindungi planet ini jika kita bersatu mengambil tindakan bersama”, ungkap Johnson.

Sementara itu Presiden Terpilih COP26 Alok Sharma mengomentari inisiatif ini sebagai langkah ke depan yang sangat positif bagi Inggris, dan menetapkan standar utama bagi aksi ambisius yang berpihak pada Perjanjian Paris.

“Saya ingin mendorong yang lainnya untuk mengikuti jejak kami menjelang COP26 di Glasgow akhir tahun ini. Bersama-sama kita harus menjaga suhu panas dalam jangkauan 1,5 derajat dan dekade berikutnya adalah periode paling kritis bagi kita untuk mengubah keadaan bahaya yang sedang kita tempuh saat ini”, tukas Sharma. 

Sharma menegaskan bahwa target jangka panjang harus didukung dengan rencana pelaksanaan yang kredibel, dan penetapan anggaran karbon keenam yang berfokus pada Nol Bersih ini dibangun di atas kerangka hukum terkemuka dunia dalam Undang-Undang Perubahan Iklim Inggris.

“Jika kita ingin mengatasi krisis iklim dan melindungi mata pencaharian kehidupan serta alam untuk generasi mendatang, yang lain harus mencontoh apa yang Inggris lakukan”, ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya