Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang memberikan aturan khusus bagi pendatang dari Indonesia dan Uganda. Pendatang dari kedua negara itu harus menjalankan 14 hari isolasi, tetapi enam hari pertama harus dilakukan di fasilitas negara.
Menurut laporan Kyodo, Kamis (1/7/2021), aturan itu muncul demi mencegah penyebaran COVID-19 varian Delta yang sangat menular.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, Indonesia juga sudah dianggap negara risiko tinggi oleh Korea Selatan. Bahkan, Hong Kong sudah memasukan Indonesia ke kategori terparah atau A1 akibat COVID-19.
Bagi pendatang dari negara lain ke Jepang hanya butuh beberapa hari karantina di fasilitas negara. Sebagai contoh Vietnam hanya butuh tiga hari setelah sebelumnya enam hari.
Pendatang dari Rusia juga hanya perlu berada di fasilitas karantina pemerintah selama tiga hari.
Berdasarkan data pemerintah Jepang, total kasus di negara itu mencapai 796 ribu. Kasus harian mencapai 1.811 per 30 Juni 2021. Jepang pun masih berkomitmen untuk melaksanakan Olimpiade Musim Panas 2021 di Tokyo.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Aturan di Korea Selatan
Korea Selatan (Korsel) mulai melonggarkan aturan masuk ke negaranya. Pendatang yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 tidak perlu lagi karantina sampai dua pekan.
Vaksin yang diterima juga beraneka ragam, yakni AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Janssen, AZ Covishield, Sinopharm atau Sinovac.
Namun, kunjungan itu hanya untuk keperluan tertentu, seperti bisnis, kemanusiaan, akademis, hingga kunjungan keluarga, tulis laporan Yonhap, Kamis (1/7/2021).
Mereka yang tiba di Korsel tetap harus dites COVID-19. Bila positif, maka keringanan untuk bebas karantina menjadi tidak berlaku.
Aturan keringanan itu tidak berlaku bagi Indonesia yang ternyata masuk ke kategori risiko tinggi COVID-19. Meski sudah divaksin, pendatang dari Indonesia tetap harus karantina selama dua pekan.
Ini juga berlaku kepada pendatang dari 20 negara risiko tinggi lainnya, seperti India, Filipina, Pakistan, dan sejumlah negara Afrika dan Amerika Latin.
Advertisement