Liputan6.com, Amsterdam - Kasus COVID-19 di Belanda dan Spanyol kembali melonjak. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah penularan di kalangan anak muda serta pelonggaran yang terlalu cepat.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, Selasa (13/7/2021), kasus di Belanda sempat tembus 10 ribu kasus pada Sabtu (10/7). Angka itu melonjak tinggi dari tiga pekan sebelumnya ketika kasus harian sempat turun ke 699 kasus.
Advertisement
Baca Juga
Pada akhir Juni, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memang melakukan relaksasi pembatasan sosial secara cepat. Klub malam dan diskotik boleh kembali diiznikan.
NL Times melaporkan bahwa dua jenis usaha itu kini diminta tutup lagi. Sektor event juga diminta kembali melakukan pembatasan. Total kasus di Belanda kini 1,7 juta kasus.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Kasus di Spanyol
Hampir seluruh daerah Spanyol juga masuk zona merah di European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC). Data Johns Hopkins menunjukan kasus di Spanyol sedang naik hingga 32 ribu kasus sehari.
Padahal, sejak Februari kasusnya telah terus melandai, bahkan sempat 3.504 kasus sehari pada Juni lalu. Saat ini, total kasus di Spanyol ada 3,9 juta kasus.
Epidemiolog Mario Fontán menilai kasus di Spanyol banyak terjadi di kalangan anak-anak muda, serta pergerakan masyarakat yang belum divaksin, alhasil superspreading event terjadi, demikian laporan media Spanyol, El País.
Peneliti Quique Bassat dari ISGlobal Health Institute juga menyorot faktor anak muda yang semakin bebas pesta-pesta ketika protokol kesehatan dilonggarkan.
"Ketika kamu menggabungkan anak-anak muda berkeliaran di akhir tahun ajaran, yang ingin pesta, yang belum divaksin, dan percaya bahwa mereka kebal, maka akan ada infeksi," ujar Bassat yang berkata penularan ini mestinya bisa dicegah dengan aturan spesifik.
Advertisement