Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari ratusan ribu tahun manusia telah menduduki bumi. Perkembangan teknologi tahun ke tahun semakin canggih berkat kecerdasan yang dikaruniai oleh Sang Pencipta.
Sayangnya manusia yang tak luput dari kesalahan juga acapkali melakukan tindakan kekejaman. Salah satunya, kegiatan manusia yang hampir membunuh populasi hewan di dunia.
Menurut jurnal Global Ecology and Biogeography yang dikutip dari New York Post pada Selasa, 10 Agustus 2021, menegaskan bahwa keberadaan manusia berpotensi buruk kehidupan hewan di bumi.
Advertisement
Para ilmuwan dari SUNY College of Environmental Science and Forestry (ESF) dan U.S. Department of Agriculture melaporkan bahwa lebih dari seperempat dari semua kematian di antara spesies vertebrata darat di Bumi adalah akibat langsung dari aktivitas manusia.
Para peneliti menganalisis 42.755 kematian berbagai mamalia, burung, reptil dan amfibi di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia, Afrika, dan Oseania, yang semuanya telah ditandai sebagai bagian dari penelitian lain antara tahun 1970 dan 2018. Mereka menemukan bahwa 28 persen kerugian yang disebabkan oleh manusia.
“Kita semua tahu bahwa manusia dapat memiliki efek substansial pada satwa liar. Bahwa kita hanya satu di antara lebih dari 35.000 spesies vertebrata darat di seluruh dunia. Namun bertanggung jawab atas lebih dari seperempat kematian hewan. Hal ini berarti memberikan perspektif tentang seberapa besar dampak buruk dari ulah manusia," kata rekan penulis studi dan Profesor SUNY College ESF Jerrold L. Belant.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hewan yang Punah Gara-Gara Ulah Manusia
Belant menunjukkan bahwa penelitian mereka hanya mencakup penyebab langsung dan tidak memperhitungkan aktivitas manusia lainnya seperti pertumbuhan perkotaan dan perubahan penggunaan lahan lainnya yang mengurangi habitat. Berbagai spesies dari hewan kecil sampai besar bagi ilmuwan juga bisa jadi mati terbunuh di tangan manusia.
Belant dan rekan-rekannya memperingatkan bahwa manusia mungkin melangkahi proses evolusi dan membuat kepunahan yang meluas.
Belant mengatakan, pertimbangkan laju deforestasi dan pemutihan terumbu karang akibat peningkatan suhu laut. Fenomena tersebut menjadi bukti lain dari efek yang dilakukan manusia di bumi.
Selain itu ada beberapa ulah manusia dari aksi konyolnya yang menyebabkan punahnya spesies. Berikut dikutip dari toptenz.net hewan yang punah akibat ulah konyol manusia, di antaranya:
Advertisement
1. Ikan Tecopa
Ikan Tecopa adalah spesies mungil yang tersebar di Tecopa, suatu daerah kecil California yang kaya dengan mata air panas alami. Secara unik, ikan itu menyesuaikan diri untuk hidup dalam air hangat yang keluar dari mata air.
Sayangnya, di tahun 1960-an beberapa mata air panas tempat tinggal ikan mungil tersebut diperbesar menjadi bagian dari beberapa rumah permandian yang luas.
Demi mengejar keuntungan finansial dari kunjungan para tamu, dibangunlah beberapa aliran keluar dan sungai tempat tinggal ikan digali untuk menambah laju aliran air.
Dengan demikian, aliran air semakin deras dan seluruh spesies itu hanyut ke sungai berisi air yang lebih dingin.
2. Auk
Auk yang agung adalah burung mirip penguin yang bertebaran di Atlantik Utara. Auk juga merupakan burung yang tuna terbang, sehingga bertelur di darat di pulau-pulau tak berpenghuni yang melindungi mereka dari cuaca dan pemangsa alamiah.
Karena tidak banyak pemangsanya, burung kecil itu malah menjadi sasaran empuk manusia-manusia pemburu yang mengambil bulu dan daging.
Spesies itu diburu hingga nyaris musnah pada awal Abad ke-19 sehingga menggugah beberapa upaya untuk menyelamatkannya. Semua upaya itu gagal.
Sisa-sisa burung itu tersapu habis pada 1840-an, dimulai oleh sekelompok pelaut yang memukuli dengan kayu burung-burung yang tersisa di perairan Inggris. Alasannya, burung-burung itu dikira penyihir.
Empat tahun kemudian, seluruh spesies dibunuh dengan cara yang sama ketika museum-museum menawarkan harga mahal kepad para pemburu yang bisa membawa auk untuk dipajang di museum. Alasannya, museum-museum itu menyadari auk akan segera musnah.
Dua nelayan yang menangkap burung-burung terakhir melakukannya demi tujuan tersebut. Mereka membuntuti kerumunan dari jarak sekitar 1,6 kilometer sebelum mengendap-endap dimalam hari dan mencekiknya.
Lebih parah lagi, seakan seperti penghinaan terhadap masa depan spesies itu, salah satu nelayan kemudian mengijak-injak telur yang tadinya sedang dilindungi.
Advertisement
3. Macan Tasmania
Macan Tasmania lebih tepat disebut dengan namanya, thylacine. Spesies itu sebenarnya marsupial pemakan daging dengan warna bulu yang membuatnya mirip seekor anjing. Tapi, seperti marsupial lainnya, mereka merawat bayi-bayinya dalam kantong di perut.
Hewan itu disebut sebagai salah satu makhluk teraneh yang pernah hidup. Salah satu alasannya adalah karena thylacine jantan memiliki kantong berbulu yang dikhususkan untuk menjaga kehangatan testes mereka.
Selain alasan itu, ada beberapa hal lain yang menjadikan thylacine mengundang penasaran banyak orang, tapi juga dianggap hama oleh para pemilik senjata.
Akibatnya, pada 1920-an, spesies itu diburu oleh para petani hingga nyaris musnah. Saat itu tersisa seekor pejantan yang diberi nama Benjamin.
Benjamin mati ada 1936 karena seorang petugas kebun binatang lupa membuka kunci ruang tidurnya sebelum ia pulang sehingga hewan itu beku kedinginan hingga mati.
Seakan belum selesai, selama 7 dekade sesudahnya para pakar bersilang pendapat tentang apakah Benjamin seekor pejantan karena memiliki penis yang sangat kecil.
Perselisihan itu baru selesai setelah foto yang diperjelas mengungkapkan bahwa Benjamin memang memiliki sepasang testis.
4. Anjing Petarung Cordoba
Anjing petarung Cordoba termasuk spesies anjing langka dan tidak biasa yang dikenal karena keganasan tanpa tandingan dan seakan tidak merasakan sakit, takut, atau kasihan.
Seusai namanya, anjing petarung itu dikembangbiakkan hanya untuk keperluan bertarung. Prosesnya diduga dilakukan oleh bangsa Argentina pada akhir Abad ke-19.
Spesies itu sendiri merupakan persilangan dari beberapa jenis yang disukai ukuran dan kekuatannya, seperti boxer, mastiff, dan bull terrier. Jadi tidak heran kalau anjing-anjing itu menyerang apapun dan digemari oleh sebagian masyarakat untuk ditarung hingga mati.
Tapi, naluri itu terlalu kuat sehingga membiakkan mereka nyaris tidak mungkin. Alasannya, dua anjing dari jenis yang sama namun berbeda kelamin pun malah memilih untuk bertarung hingga mati, bukannya kawin.
Hal tersebut menyebabkan jumlah spesies lambat laun menyusut dan musnah dengan terbitnya larangan tarung anjing di Argentina sejak Abad ke-20.
Advertisement
5. Stephen Island Wren
Stephen Island Wren adalah suatu spesies yang terkenal karena satu alasan, yaitu bahwa seluruh populasinya dibunuh oleh satu makhluk yang bernama Mr. Tibbles.
Stephen Island Wren adalah sejenis burung kecil tuna terbang yang tinggal di sebuah pulau kecil di lepas pantai Selandia Baru dan dimusnahkan oleh seekor kucing rumahan.
Menurut kisahnya, seekor kucing bernama Mr. Tibbles adalah hewan peliharaan penjaga mercusuar di pulau tersebut. Ia secara teratur berburu seluruh spesies itu hingga musnah selama 1 tahun saja, bersamaan dengan tahun ditemukannya spesies itu.
Jadi, hanya dalam waktu 12 bulan, Stephen Island Wren ditemukan dan dinyatakan punah akibat ulah Mr. Tibbles.
Â
Reporter: Bunga Ruth