Liputan6.com, D.C - Pemerintah Amerika Serikat memperkirakan adanya potensi serangan lanjutan di Bandara Kabul "segera" dan Presiden Joe Biden telah diberikan pemahaman tentang ancaman itu, kata sejumlah pejabat AS.
Peringatan itu datang beberapa hari setelah teror bom mematikan di sana yang menewaskan 13 tentara AS, lebih dari 100 warga Afghanistan, dan beberapa warga asing lain ketika Amerika serta sejumlah negara tengah mengupayakan evakuasi WN asing dan Afghanistan dari negara yang kini dikuasai Taliban.
Baca Juga
Kelompok teroris ISIS cabang Afghanistan, dikenal sebagai ISIS-KP atau ISIS di Provinsi Khorasan, mengklaim aksi teror tersebut.
Advertisement
Sebagai respons, militer AS telah melaksanakan serangan drone ke target ISIS di Afghanistan timur, dan mengklaim telah menewaskan 2 petinggi ISIS dan menyebut operasi itu "turut menggagalkan rencana teror lanjutan" darir kelompok teroris tersebut.
Biden mengatakan bahwa operasi 'balasan' AS "tidak akan berhenti" dan menyebut akan terus "memburu semua orang yang terlibat" dalam aksi teror di Bandara Kabul pada Kamis 26 Agustus 2021 lalu.
Namun Taliban, yang kini menguasai Afghanistan, mengecam operasi balas dendam AS ke target ISIS tersebut, menyebut bahwa Washington seharusnya "berkonsultasi" lebih dulu dengan mereka sebelum melancarkan serangan.
Taliban sendiri mengecam aksi teror ISIS pada Kamis lalu, dan mengklaim telah melakukan penahanan sejumlah orang yang diduga terlibat dalam insiden mematikan.
AS Lanjutkan Evakuasi Warga dari Afghanistan
Sementara itu, proses evakuasi warga asing dan warga Afghanistan anti-Taliban dari negara Asia Selatan itu terus berlangsung, setidaknya dari sisi Amerika Serikat, di tengah kekhawatiran ancaman gangguan keamanan lanjutan dari kelompok teror. AS dilaporkan tengah bergerak cepat untuk "membungkus" semua hal dari Bandara Kabul menjelang tenggat waktu akhir 31 Agustus 2021, di mana seluruh personel AS dijadwalkan hengkang seutuhnyaa dari Afghanistan, BBC melaporkan.
Akan tetapi, sejumlah negara lain --seperti Inggris, Australia, dan beberapa negara Uni Eropa-- telah mengakhiri operasi evakuasi warga negara dan warga Afghanistan sekutu mereka.
Amerika Serikat dilaporkan telah mengevakuasi sekitar 110 ribu orang warga negara AS, asing, dan Afghanistan. Beberapa negara barat lainnya mencatat angka puluhan ribu orang.
Di samping evakuasi udara via bandara Kabul, fenomena eksodus warga Afghanistan --yang khawatir dengan keselamatan diri mereka menyusul kembali berkuasanya Taliban-- masih terus berlangsung. Sejumlah besar memilik eksodus jalur darat dengan mencari suaka ke Iran dan Pakistan yang bertetangga.
Advertisement