Liputan6.com, New Delhi - Ekonomi India telah pulih dengan cepat setelah diterpa dua gelombang pandemi COVID-19 yang mematikan menghambat pertumbuhan selama empat kuartal di FY21 (fiscal year 2021) atau tahun fiskal 2021.
Ekonomi India juga dalam keadaan seimbang untuk tumbuh jadi yang tercepat di dunia.
Baca Juga
Namun, apakah ekonomi di India benar-benar kebal terhadap gangguan COVID-19?
Advertisement
Melansir dari laman India Today, Rabu (1/9/2021), inilah yang perlu diketahui mengenai pertumbuhan ekonomi India.
Ekonomi India berada di jalur pantulan tajam setelah 2 gelombang COVID-19 mengurangi pertumbuhan selama 4 kuartal di FY21 (fiscal year). Data produk domestik bruto (PDB) resmi untuk kuartal pertama FY22 menunjukkan bahwa ekonomi India tumbuh pada kecepatan mencapai rekor.
Mayoritas analis keuangan memperkirakan pertumbuhan PDB pada 18-20% pada kuartal Juni dan tetap optimis tentang pemulihan ekonomi di kuartal mendatang, ketika gelombang kedua COVID-19 memudar dan lebih banyak orang India yang divaksinasi.
India bahkan diprediksi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia tahun ini, jika berhasil menghindari gelombang pandemi COVID-19 lainnya. Dengan situasi saat ini, India tetap siap untuk mencapai target karena indikator ekonomi frekuensi tinggi terlihat menjanjikan.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi India berada pada jalur positif. Segmen ekonomi krusial seperti manufaktur, jasa, industri output, ekspor dan pemintaan.
Aktiviitas di berbagai sektor termasuk ritel, mobil, pertanian, dan konstruksi juga mendapat momentum. Meskipun demikian, tetap ada beberapa sektor yang melibatkan banyak kontak langsung, seperti pariwisata dan perhotelan tetap lemah.
Ada banyak alasan untuk percaya bahwa ekonomi India secara bertahap tumbuh dengan elastis melawan pandemi COVID-19. Misalnya dampak ekonomi dari gelombang kedua COVID-19 pada 2021 jauh lebih kecil daripada kehancuran ekonomi yang diakibatkan gelombang pertama tahun 2020, ketika kuncitara ketat diberlakukan di seluruh negeri.
Meski momentum pemulihan ekonomi babak belur akibat gelombang kedua, fakta bahwa pembatasan yang tidak terlalu ketat menangkal kontraksi pertumbuhan yang kacau. Mengizinkan aktivitas yang lebih besar di sektor-sektor penting membatasi kerusakan ekonomi, meski kehilangan pekerjaan dan penurunan output industri secara keseluruhan.
Secara sederhana, gelombang COVID-19 kedua memang berdampak pada ekonomi India, tetapi lebih rendah dibandingkan gelombang pertama. Pelajaran yang didapat di gelombang pertama membantu mencegah kerusakan parah di gelombang kedua.
Tingkat vaksinasi yang lebih tinggi, dimulainya aktivitas manufaktur yang cepat dan pukulan yang lebih ringan pada sektor jasa yang sangat penting adalah alasan lain yang membuat ekonomi India dapat bertahan menghadapi gelombang kedua.
Rezim suku bunga Reserve Bank of India (RBI) dan langkah-langkah yang diambil pemerintah juga membantu mengurangi kerusakan. Bisa dikatakan ekonomi India bertumbuh di tengah pandemi, tetapi jauh dari kebal sepenuhnya terhadap rintangan jangka panjang, beberapa diantaranya yang merugikan pertumbuhan global.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tren Pemulihan
Dalam situasi di mana India menghadapi gelombang COVID-19 lain, ekonomi mungkin tertekan karena berbagai gangguan sebelum akhirnya berangsur pulih.
Ekonomi runtuh setelah 2 kuartal berturut-turut mengalami kontraksi tajam — 24,4% di Q1FY21 dan 7,5% di Q2FY21 — di tahun keuangan sebelumnya.
Segera setelah pemerintah mulail mencabut pembatasan, ekonomi bangkit kembali karena jumlah permintaan meningkat selama musim perayaan yang sangat penting. Ekonomi tumbuh sedikit pada kuartal 3 dan 1,6% pada kuartal 4.
Ekonomi pulih dengan stabil untuk beberapa waktu sebelum akhirnya dilanda gelombang COVID-19 yang lebih parah pada bulan April. Meski gelombang 2 menghambat momentum pertumbuhan ekonomi, dampak buruk yang ditimbulkan rendah karena kuncitara nasional dapat dihindari.
Banyak ekonom percaya kerusakan ekonomi selama gelombang 2 lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya dan pemulihan yang cepat tampak sedang berlangsung setelah situasi terkendali.
Meski momentum permulihan ekonomi meningkat pesat, para ekonom memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 18-20% pada kurtal 4 tahun 2021-2022 tak dapat dipercaya. Hal ini disebabkan persentase pertumbuhan PDB pertama kuartal Juni akan dihitung berdasarkan kontraksi 24,4 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Tak ada data resmi yang mencatat pertumbuhan ekonomi secara berurutan. Menurut ekonom Bloomberg, ekonomi merosot 12% pada kuartal Juni dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menyangkut kekebalan terhadap dampak COVID-19, dipastikan bahwa ekonomi India tidak akan mengalami kerusakan besar seperti gelombang pertama.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement