10 September 2000: Aksi Heroik Tentara Inggris dalam Penyelamatan Sandera di Hutan Sierra Leone

Misi berbahaya menghadapi pemberontak bersenjata, tidak ada sandera yang menjadi korban jiwa

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi bendera Inggris (unsplash)
Ilustrasi bendera Inggris (unsplash)

Liputan6.com, London - Seorang anggota terjun payung Inggris tewas dan 11 lainnya terluka dalam misi berani untuk menyelamatkan enam sandera yang ditahan di hutan Sierra Leone oleh kelompok pemberontak.

Semua sandera selamat dan berada di atas kapal Royal Fleet Auxiliary yang ditambatkan di ibu kota negara.

Melansir dari laman BBC, Kamis (9/9/2021), setidaknya 20 pemberontok tewas dalam serangan yang melibatkan lebih dari 150 pasukan tentara dari tentara Inggris, termasuk Resimen Parasut dan pasukan khusus.

Penyelamatan dimulai pukul 06.30 waktu setempat, ketika pasukan Inggris melancarkan serangan serentak ke tempat persembunyian milisi di Rochel Creek dan di desa terdekat Magbeni - yang juga dikuasai oleh pemberontak.

Para sandera dibebaskan dalam waktu 20 menit, tetapi baku tembak sengit antara tentara Inggris dan West Side Boys berlanjut hingga satu jam.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bahaya Besar

Tony Blair (wikimedia commons)
Tony Blair (wikimedia commons)

Beberapa pemberontak ditangkap, temasuk pemimpin mereka, Foday Kallay, yang pada saat itu berusia 24 tahun.

Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, mengumumkan kabar penyelamatan itu pada wartawan di Downing Street.

"Ini adalah operasi yang dilakukan dalam keadaan bahaya besar dalam menghadapi perlawanan bersenjata," ujarnya.

Ia juga memuji angkatan bersenjata yang terlibat dan membenarkan ada korban orang Inggris.

Komisaris Tinggi Inggris di Sierra Leone, Alan Jones, mengatakan bahwa tak ada pilihan selain menggunakan kekerasan.

Ia mengatakan pada wartawan bahwa strategi negosiasi yang diadopsi oleh West Side Boy mengindikasikan bahwa tentara-tentara yang tertangkap berada dalam resiko ekstrem.

Jenderal Sir Charles Guthrie, Kepala Staf Pertahanan, juga mengatakan ada kekhawatiran para sandera akan dipindahkan.

"Kami bekerja keras untuk mencari tahu persis di mana mereka ditahan dan kami tidak ingin kehilangan hal itu dan kembali ke titik awal," ujarnya.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya